“Pelayaaaan! Apa ini? Aku kan, minta jus buah, kenapa rasanya pahit begini? Mau memberiku racun, ya?!” terdengar lengkingan suara Putri Maguette memenuhi penjuru istana.
Semua pelayan menunduk ketakutan. Hampir setiap hari Putri Maguette mengomel. Selalu saja ada alasan yang dicari-carinya untuk menumpahkan kekesalan. Dari gaun yang kusut, makan malam yang tidak enak, hingga kasur yang kurang empuk. Seluruh penghuni istana pernah terkena dampratannya. Dari pelayan, koki, penyulam, kusir kereta kuda, hingga Raja dan Ratu. Kadang Raja dan Ratu sedih memikirkan tingkah laku putrinya.
“Barangkali karena itulah tak ada seorang pangeran pun yang mau mendekatinya,” keluh Ratu suatu ketika.
Apabila Putri Maguette murka, wajahnya kelihatan bengis dan kejam. Kata-katanya pedas dan tajam. Matanya membeliak, dan bibirnya akan dimanyun-manyunkan. Biasanya dia akan berkacak pinggang atau menuding-nudingkan telunjuk hingga membuat semua orang takut. Sikap Puteri Maguette itu sering membuatnya diolok-olok para pelayan istana. Tentu saja mereka melakukannya secara diam-diam. Mereka sering menirukan gaya Putri Maguette ketika marah.
Suatu hari bunga lili putih kesayangan Putri Maguette layu. Putri Maguette menyalahkan Pak Bun, si tukang kebun. Dia menuduh Pak Bun lalai merawat tanamannya. Pak Bun yang sudah tua cuma pasrah menerima omelan itu. Pak Bun merasa bersalah hingga jatuh sakit. Keesokan harinya, Pak Bun minta izin untuk beristirahat di kampung halamannya. Raja mengizinkan, tetapi Putri Maguette justru bertambah jengkel.
“Huh, Ayah! Kenapa Pak Bun diberi izin berlibur? Dia itu cuma pura-pura sakit, supaya bisa lari dari kesalahannya!” sungut Putri Maguette.
Tak lama sejak kepergian Pak Bun, kepala pelayan istana mempekerjakan seorang tukang kebun sementara. Dia seorang anak muda dari desa bernama Noelle. Pakaiannya sederhana dan kulitnya gelap kecoklatan. Putri Maguette meremehkannya.
“Huh, kau lebih mirip kuli angkut daripada tukang kebun yang terampil!”
Kemudian Putri Maguette segera memerintahkannya untuk menata ulang kebun istana. Keesokan hari, betapa terkejutnya Putri Maguette saat mendapati kebun istana tertata apik dan rapi. Pohon-pohon dipangkas dengan beraneka bentuk hewan yang lucu. Ada bentuk kelinci, kuda, jerapah, rusa, daaan… astaga! Putri Maguette mendelik kaget. Ada tanaman yang dibentuk mirip wajahnya yang sedang cemberut! Putri Maguette histeris. Dia segera mengambil alat pangkas dan menggunting tanaman itu. Auuww! Putri Maguette tersentak. Jarinya tertusuk duri tanaman itu. Putri Maguette bertambah jengkel. Matanya melotot kesal. O-ow! Putri Maguette merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Matanya tak bisa kembali seperti semula! Mata itu terus melotot dan tak bisa berkedip. Putri Maguette bertambah geram.
“Noeeeelle! Kurang ajar kau!” Putri Maguette bersungut-sungut. Bibirnya manyun. Ups! Tapi lagi-lagi ada yang aneh pada dirinya. Bibir Putri Maguette terus manyun dan tak bisa kembali normal! Sementara itu Noelle datang menghampiri Putri Maguette dengan wajah tenang.
“Ada apa, Tuan Putri?”
“Kau mau menghinaku, ya? Kau menyamakan wajahku dengan bentuk hewan-hewan itu!” Putri Maguette menuding-nudingkan telunjuknya. Eit, tapi kenapa jari telunjuknya terus mengacung, ya?
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR