Bulan bentuknya bulat dan bundar seperti bola. Sinarnya masuk ke kamar Dito. Dito sedang berdiri di muka jendela, dan Tuan Omongkosong duduk di tepi jendela.
“Bulan itu indah, ya, Tuan Omongkosong! Tetapi, kok, Makhluk Bulan tidak kelihatan? Dia pergi ke mana, ya?”
“Aku panggilkan, ya,” TuanOmongkosong menawarkan.
Dito memandangnya dengan heran. “Kau kenal si Makhluk Bulan?”
Tuan Omongkosong melompat dari tepi jendela dan berdiri di atas kedua
tangannya. “Tentu aku mengenalnya! Aku, kan, si Omongkosong, jadi aku mengenal semua yang ada dan tidak ada! Aku.”
“Hoi, Omongkosong! Kau memanggilku? Aku mendengarmu berpikir!” katanya.
Dito merasa aneh. Bagaimana mungkin kau bisa mendengar seseorang
berpikir? Namun, ya, itu, dengan Tuan Omongkosong semuanya mungkin!
Makhluk Bulan kelihatannya seperti kertas perak. Di rambutnya berkerlap-kerlip bintang-bintang kecil.
“Kau lucu!” seru Dito.
Makhluk Bulan tertawa mendengar kata-kata Dito. Dia mengulurkan tangannya, “Halo, Dito! Aku senang bertemu dengan engkau lagi.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR