“Tetapi... aku belum pernah melihatmu,” sahut Dito bingung.
Makhluk Bulan tertawa.“Aku sering mengintip ke kamarmu di malam hari. Kadang-kadang aku mengirimkan sinar bulan untukmu melalui jendela!”
“Oh, kalau itu, aku tahu,” tukas Dito. “Yang terakhir kali, sinar bulanmu menggelitik hidungku, sampai aku terbangun dari tidurku!”
Tuan Omongkosong dan Makhluk Bulan tertawa, sebab Dito pura-pura marah.
“Ya, ya, ada sinar bulan yang agak nakal,” kata Makhluk Bulan, “Mereka suka mengganggu! Nah, dahulu sekali, ada sinar bulan yang bandel. Jika hari sudah malam, ia menari-nari di hutan.Lalu menggelitik hewan-hewan, sampai mereka terbangun, kemudian dia cepat-cepat pergi!”
“Lalu, suatu hari, ia menari-nari di kolam dan menggangu ikan-ikan. Lalu, datanglah seekor ikan dan... hap! Sinar bulan itu ditelannya. Kini, ikan itu
dinamakan Ikan Bulan!” lanjutnya lagi.
Makhluk Bulan memandang keluar jendela.
“Wah, aku harus kembali ke langit.Aku melihat ada bintang yang jatuh!”
Makhluk Bulan melompat ke berkas sinar lalu meluncur dengan cepat ke atas. la dapat menangkap bintang 7 yang jatuh tepat pada waktunya. Lalu, bintang itu digantungnya kembali di antara bintang-bintang yang lain.
“Untung!” kata Dito lega. “Aku sudah takut bintang itu pecah karena
jatuh!” Makhluk Bulan sudah berada kembali di bulan. Jika kau memperhatikan dengan baik, kau akan melihatnya sedang melambai-lambaikan tangannya. Dito dan Tuan Omongkosong membalas melambaikan tangan.
“Nah, sekarang kau harus tidur!” kata Tuan Omongkososng.
Dia melambai-lambaikan topinya lalu bersembunyi di balik tirai di belakang tempat tidur. Ketika Dito sudah tidur nyenyak, datang sebuah sinar bulan yang nakal. Dia menggelitik hidung Dito, tetapi Dito
tak terbangun.
Sumber: Arsip Bobo, Cerita: Tineke Latumeten
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR