Museum Radya Pustaka adalah museum bersejarah yang terletak di kota Surakarta. Museum ini dibangun pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosroningrat IV pada masa pemerintahan Pakoe Boewono IX.
Pakoe Boewono IX
Museum Radya Pustaka adalah museum paling tua di Indonesia. Museum ini dibangun pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosroningrat IV pada masa pemerintahan Pakoe Boewono IX.
Museum Radya Pustaka dipindahkan dari Panti Wibawa Komplek Kepatihan ke Jalan Slamet Riyadi 275 Surakarta pada tanggal 31 Januari 1913. Museum Radya Pustaka ini kini terletak dalam kompleks Taman Wisata Budaya Sriwedari.
Pada saat pemindahan museum tersebut, gedung museum merupakan rumah kediaman warga Belanda bernama Johannes Busselaar. Museum Radya Pustaka berada di bawah Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta yang dibentuk pada tahun 1951.
Untuk tugas sehari-hari dibentuk kelompok pada tahun 1966 yang diketahui oleh Go Tik Swan (K.R.T. Hardjonagoro).
Museum Radya Pustaka buka pada hari Selasa sampai Minggu pukul 08.30-13.00. Museum Radya Pustaka tutup setiap hari Senin.
Koleksi
Museum Radya Pustaka ini menyimpan koleksi benda-benda kuno bersejarah, yaitu arca batu dan perungggu dari zaman Hindu dan Budha, keris kuno, senjata pusaka tradisional, seperangkat gamelan, wayang kulit, wayang beber, koleksi keramik dan berbagai barang seni lainnya.
Museum Radya Pustaka memiliki perpustakaan. Perpustakaan museum berisikan buku kuno tentang sejarah budaya, seni, dan tradisi yang ditulis dalam bahasa Jawa kuno dan bahasa Belanda.
Koleksi buku kuno yang paling dicari adalah buku kuno tentang Wulang Reh karangan Pakubuwono IV. Buku kuno tersebut berisi petunjuk pemerintahan dan Serat Rama karangan Pujangga Keraton Surakarta bernama Yasadipura I.
Di kamar bagian barat terdapat patung kepala raksasa keramat yang terbuat dari kayu hasil karya Pakubuwono V. Di halaman depan gedung museum terdapat patung dada R. Ng. Rangga Warsita, pujangga keraton Surakarta yang terkenal pada abad ke-19.
Patung ini diresmikan oleh Soekarno pada tahun 1953. Di depan dan di belakang patung ini terdapat prasasti yang menggunakan aksara Jawa. Di serambi Museum Radya Pustaka terdapat meriam beroda dari masa VOC abad ke 17-18 dan meriam-meriam kecil milik Keraton Kartasura.
Penulis | : | Dewi Setyawan |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR