Upacara melasti diadakan tepat pada Tilem Kesanga, antara empat atau tiga hari sebelum Nyepi. Upacara dilaksanakan dengan melakukan persembahyangan bersama menghadap ke laut atau sumber air.
Menuju Sumber Air
Prosesi melasti dimulai dengan persiapan iring-iringan umat serta jempana dan barong yang akan diarak menuju tempat sumber air. Sumber air yang menjadi tujuan prosesi melasti ini adalah danau atau pantai yang letaknya tidak jauh dari Pura di desa terdekat.
Umat yang hadir berjalan beriringan dengan membawa sarana-sarana upacara menuju sumber air (sungai, danau, pantai) dengan diiringi tabuh beleganjur. Bagi umat Hindu di Jabodetabek, pelaksanaan Melasti dilaksanakan di Pura Segara Cilincing pada hari Sabtu, 25 Maret.
Di tepi sumber air itu, upacara melasti dilanjutkan dengan prosesi pengambilan air suci untuk membersihkan sarana-sarana upacara termasuk jempana dan barong. Dalam upacara ini dilaksanakan persembahyangan bersama. Setelah persembahyangan bersama seluruh sarana-sarana upacara serta barong dibawa kembali ke pura.
Tirta Amerta
Menurut ajaran Hindu, melasti adalah nganyudang malaning gumi ngamet Tirta Amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan. Laut sebagai simbol sumber Tirtha Amertha (Dewa Ruci).
Ritual Melasti dilengkapi dengan bermacam-macam sesajen, baik sesajen khas Jawa maupun Bali. Sesajen tersebut sebagai simbolisasi Trimurti, 3 dewa dalam Agama Hindu, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma. Serta diarak pula simbol singgasana Dewa Brahma, yaitu “Jumpana”.
Makna Upacara melasti yakni proses pembersihan dan penyucian lahir batin manusia dan alam, dengan jalan menghanyutkan segala kotoran menggunakan air kehidupan. Oleh karena itu prosesi sembahyang dilakukan di sumber-sumber air. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar Umat Hindhu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi.
Tiga Sasaran
Dalam pelaksanaan melasti, terdapat tiga hal penting yang dijadikan sasaran, yaitu mengingatkan umat agar meningkatkan terus baktinya kepada Tuhan, membangun kepedulian dan kebersamaan, dan bersama-sama menjaga kelestarian alam ini. Ketika melaksanakan ketiganya, barulah manusia berhak mendapatkan sari-sari kehidupan di bumi ini.
Teks dan Foto-foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR