Di Bali, anak-anak sudah mulai latihan menari sejak kecil, bahkan sebelum masuk TK. Mereka pun sudah mementasan tarian-tarian tertentu. Berikut adalah empat tarian yang paling sering dipentaskan anak-anak yang baru berlatih tari Bali.
Tari Panyembrama
Panyembrama diciptakan oleh seniman bernama I Wayan Berata. Tarian ini meliputi gerakan dari beberapa tarian sakral Bali. Panyembrama pertama kali ditampilkan pada 1971, di Perayaan Pandan. Bentuk tarian ini sering diajarkan di sekolah maupun sanggar tari Bali, dan digunakan di pura pada upacara keagamaan.
Tari Puspanjali
Tari Puspanjali adalah sebuah tarian kreasi baru yang diciptakan oleh seorang seniman bernama N.L.N. Swasthi Wijaya Badem pada tahun 1989.sentuh dengan an dari I Nyoman Windha sebagai penata musik.
Nama dari Puspanjali sendiri berasal dari dua kata yakni puspa dan anjali yang masing-masing memiliki arti bunga dan menghormat. Dari nama tersebut tentu akan kita dapati tujuan tarian puspanjali, yakni sebagai tarian penghormatan bagi para tamu.
Tari Legong Keraton
Kata Legong berasal dari kata "leg" yang artinya gerak tari yang luwes atau lentur dan "gong" yang artinya gamelan. "Legong" dengan demikian mengandung arti gerak tari yang terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya.
Legong awalnya berkembang di keraton-keraton Bali pada abad ke-19. Sesuai dengan awal mulanya, penari legong yang baku adalah dua orang gadis yang belum mendapat menstruasi, ditarikan di bawah sinar bulan purnama di halaman keraton. Kedua penari ini, disebut legong, selalu dilengkapi dengan kipas. Pada beberapa tari legong terdapat seorang penari tambahan, disebut condong.
Tari Rejang
Tari Rejang adalah sebuah tarian kesenian rakyat/suku Bali yang ditampilkan secara khusus oleh anak-anak perempuan yang belum menstruasi. Biasanya pagelaran tari Rejang diselenggarakan di pura pada waktu berlangsungnya suatu upacara adat atau upacara keagamaan Hindu Dharma.
Tarian ini ditampilkan dengan penuh rasa hidmat, penuh rasa pengabdian kepada Dewa-Dewi Hindu dan penuh penjiwaan. Para penarinya mengenakan pakaian khas berwarna putih dan kuning.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR