Nona Smith tinggal bersama Belle, kucing kesayangannya, di gubuk kayunya yang kecil, di tepi pantai. Nona Smith adalah seorang pensiunan guru SD. Setelah pensiun, ia sering menyulam, sambil melamun mengenang hari-hari ketika masih menjadi guru. Ia sering rindu pada bekas murid-muridnya.
Sebulan sekali Nona Smith pergi ke kota. Ia menjenguk pamannya, satu-satunya kerabatnya yang masih hidup. Biasanya kucingnya, Belle, ditinggal sendiri di gubuknya. Setelah menjenguk pamannya, ia pergi ke toko-toko kecil, untuk menjual hasil sulamannya. Setelah itu, ia pergi ke kantor pos untuk mengambil uang pensiunnya. Sekaligus mengeposkan surat untuk Maria, bekas muridnya yang tinggal di kota lain. Maria sudah menikah dengan seorang bangsawan. Ia memiliki putri bernama Rosa.
Suatu malam Nona Smith yang kurus tinggi turun dari kereta api. Ia menyandang tasnya di bahu dan menjinjing sebuah koper kecil. Wajah tuanya sudah menunjukkan kesedihan. Ia baru saja menghadiri pemakaman pamannya di kota. Kerabat satu-satunya itu telah meninggal. Kini Nona Smith hidup sebatang kara.
Nona Smith berjalan kaki menuju gubuk tuanya di pantai. Gubuk kayu yang terburuk bila dibanding dengan gubuk-gubuk tetangganya. Udara malam semakin terasa dingin. Nona Smith rindu pada Belle, kucingnya. Telah tiga hari ia meninggalkan Belle. Karena mengurus pemakaman pamannya. Akhirnya Nona Smith tiba di gubuknya. Ia menyalakan lampu.
“Belleee! Belle, di mana kamu?” panggil Nona Smith. Namun kucing itu tidak juga muncul.
“Mungkin ia lapar dan mencari makanan!” Nona Smith ke luar rumah membawa senter, mencari Belle. Malam amat gelap. Ia melihat kerumunan orang di pantai. Ada apa? Nona Smith pergi ke sana.
“Wah, untung Nona kembali!” kata seorang ibu. “Para bapak pergi melaut. Lihat, langit amat gelap. Angin demikian besar. Sebentar lagi akan turun badai!” kata seorang gadis remaja.
“Perahu mereka tak bisa melihat pantai. Kita harus membuat api unggun besar!” sambung seorang pemuda. “Bagaimana kalau gubuk Nona yang tua itu dibakar?
Mudah-mudahan orang-orang desa kita selamat karena bisa melihat tanda itu!” kata ibu yang lain . Nona Smith tertegun. Habislah sudah semua miliknya. Pamannya meninggal, kucingnya Belle hilang, dan gubuk tuanya akan dibakar.
“Ya, bakarlah. Mari kita keluarkan barang-barang yang sedikit!” kata Nona Smith. Ia terpaksa merelakan karena tidak ada jalan keluar lain. Para bapak di tengah laut perlu ditolong.
Orang-orang segera memindahkan tempat tidur Nona Smith, lemari kecil, meja, bangku, pakaian, alat-alat dapur, ke sebuah gudang tua yang sudah tak terpakai. Nona Smith membawa tas besarnya yang berisi uang dan surat-surat penting.
Dalam sekejap gubuk tua Nona Smith sudah jadi api unggun besar. Nona Smith memandang nyala api. Ia tak tahu harus menangis atau bagaimana. Perlahan ia menyingkir ke bawah pohon lalu duduk.
Untuk menghibur hatinya, ia bernyanyi lirih, “Habis hujan tampak pelangi... pelangi kasih Tuhanku. Di balik duka ada kasih Tuhanku....” Lima belas menit kemudian perahu-perahu nelayan berhasil mencapai pantai. Orang-orang bersorak. Anak-anak dan ibu-ibu memeluk ayah, suami masing-masing.
“Untung ada api unggun di desa! Jadi kami tahu arah ke pantai!” kata beberapa bapak.
Orang-orang pulang ke rumah masing-masing dengan sukacita. Mereka lupa akan Nona Smith.
Di bawah pohon Nona Smith masih duduk sendiri. Pantai mulai gelap dan sepi. Gerimis mulai turun. Debur ombak menerpa pantai. Badai pun mulai mengamuk di tengah laut. Nona Smith gembira bercampur sedih. Gembira karena para bapak selamat. Sedih, karena ia begitu banyak kehilangan dalam hari- hari ini.
Tiba-tiba ombak menghempaskan sesuatu. Benda berwarna putih. Nona Smith menyalakan senter dan menghampiri benda itu. Oooh, seorang anak perempuan kecil berbaju putih. Nona Smith menggendongnya. Membawanya ke penginapan desa. Ia juga memanggil dokter dan melapor ke polisi.
Anak perempuan berusia 10 tahun berbaring di tempat tidur. Nona Smith duduk di tepi tempat tidur, meraba kening anak itu.
“Ia selamat. Mungkin ia naik kapal dan kapalnya karam!” kata dokter.
Nona Smith memandang wajah anak itu. Serasa wajah itu amat dikenalnya. Siapakah dia? Esok harinya semua menjadi jelas. Anak itu bernama Rosa, putri Maria bekas murid Nona Smith.
Siang hari Maria dan suaminya datang. Rupanya Rosa bertamasya ke laut dengan kawan-kawannya. Kapal mereka dihempas badai. Maria memeluk ibu gurunya.
“Ibu menyelamatkan anakku. Terima kasih, terima kasih!” katanya Nona Smith terharu. Betapa baiknya Tuhan yang mempertemukan ia kembali dengan Maria.
Beberapa hari kemudian Rosa sudah pulih. Ketika Nona Smith bersama keluarga Maria menengok bekas gubuk Nona Smith, tiba-tiba terdengar:
“Eeeong.. eooong.. eooong!”
“Oh, itu Belle, kucingku!” seru Nona Smith
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Tomat-Tomat yang Sudah Dibeli Bobo dan Coreng Hilang! Simak Keseruannya di KiGaBo Episode 7
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | YANTI |
KOMENTAR