Setiap pagi, ada kicau burung di rumah Bobo. Itu nyanyian si Merah. “Waaa!” Cimut selalu bertepuk tangan melihat si Merah melompat-lompat dalam sangkar.
Suatu pagi, Upik mendatangi sangkar si Merah. Bobo melihat. Ia pikir Upik mau memberi si Merah makanan. Namun, Upik malah membuka pintu sangkar.
Syuuuttt… Ups! Si Merah terbang keluar. Namun Upik tidak berusaha menangkapnya. “Kok, dilepaskan, Pik?” tanya Bobo panik.
“Si Merah kasihan terkurung terus,” alasan Upik. Bobo mau menjawab, tetapi… “Huaaaa…,” terdengar jeritan Cimut. Ia menunjuk sangkar sambil menangis.
“Cimut, jangan nangis. Si Merah sudah bebas terbang. Harusnya Cimut senang,” Upik menasihati. Tetapi Cimut tetap menangis. “Cimut kan masih kecil. Mana mengerti, Pik,” sela Emak.
Ah! Bobo punya ide. Ia mengambil boneka bebek Upik, “Pinjam ya!” Lalu memasukkannya ke dalam sangkar. “Bo! Jangan!” protes Upik. Eeeh… Cimut berhenti menangis!
Upik tak jadi protes. “Wahahaha….,” Cimut tertawa senang sekali. Tiba-tiba ada bayangan merah hinggap di atas sangkar. “Lo kok balik lagi sih, Merah?” tanya Upik takjub.
“Sepertinya dia sudah betah di dalam sangkar, Pik! Karena dia sekarang punya teman,” sahut Bobo. “Waaa yaaa yaaa yaaa…” Cimut bertepuk-tepuk tangan semakin senang.
Sumber: Arsip Bobo, Cerita: aLiNy, Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR