Dahulu kala, konon Pulau Oahu dihuni oleh siluman-siluman. Mereka suka memangsa para pelaut yang singgah di pantai pulau Oahu. Akibatnya, tak ada lagi kapal atau perahu yang mau mendekat ke pulau Oahu. Siluman-siluman itu akhirnya hanya bisa makan batang pohon kelapa yang tumbuh di tepi pantai.
Raja para siluman ini bernama Halalii. Suatu hari, Raja Halalii bosan hanya makan batang pohon kelapa. Maka ia menunjuk Hanaaumoe untuk menjadi kapten siluman.
Hanaaumoe diberi tugas untuk membujuk para pelaut agar mau mendarat di pulau Oahu. Hanaaumoe pandai menyamar menjadi manusia. Ia juga pandai membujuk dengan ramah.
Suatu hari, sebuah kapal kecil lewat di dekat pulau Oahu. Kaptennya bernama Kahaookamoku, sahabat raja pulau Kauai. Ia dan para pendayungnya berasal dari pulau Kauai dan hendak menuju pulau Hawaii. Salah satu pendayung kapal itu bernama Kaneope. Ia berkaki pincang namun paling pemberani dan cerdas.
Hanaaumoe melihat kapal kecil ini dari pantai Oahu. Ia segera berteriak, “Jangan pergi ke Hawaii. Apa kamu tidak tahu kalau siluman-siluman sudah pindah dan berkuasa di pulau itu? Tak ada yang berhasil lari dari mereka. Mendaratlah di sini! Kalian bisa menyantap makanan minuman lezat sambil mendengar musik indah…”
Para pendayung langsung terbujuk. Kapten Kahaookamoku juga ikut terbujuk. Mereka mengira Hanaaumoe adalah penduduk Oahu yang ramah.
Hanaaumoe membawa mereka ke rumah panggung di pantai. Rumah kayu itu memiliki kamar yang nyaman. Semua pelaut tertidur lelah kecuali Kaneope. Ia berjaga karena yakin pulau itu masih dihuni siluman.
Saat sore tiba, Hanaaumoe datang ke rumah itu. Ia berteriak lewat jendela kamar, “Para pelaut, apakah kalian sudah tidur?”
Kenope yang pincang berkata, ”Belum. Kami masih menunggu makanan dan minuman yang kau janjikan.”
“Sabarlah,” kata Hanaaumoe. “Para pembawa makanan harus melewati gunung dan hutan untuk sampai ke rumah ini.” Ia lalu pergi.
Saat tengah malam, Hanaaumoe datang lagi dan menanyakan hal yang sama. Kaneope kembali menjawab, “Belum. Kami masih menunggu para pemain musik yang kau janjkan.”
Hanaaumoe kembali memberi alasan dan pergi. Kaneope tidak percaya pada Hanaaumoe. Ia berusaha membangunkan kapten dan teman-temannya untuk sembunyi. Namun tak ada yang percaya padanya, dan terus melanjutkan tidur. Kaneope terpaksa mencari tempat sembunyi sendirian.
Kaneope lalu sembunyi di kolong rumah, tepat di kayu besar di bawah ambang pintu. Kaneope pernah dengar cerita, jika raja siluman datang, ia biasanya duduk di ambang pintu. Kaneope yakin, tempat itu tak mungkin diperiksa. Ia pun duduk meringkuk di kolong rumah, di bawah ambang pintu. Ia sedih karena teman-temannya tak percaya padanya.
Sesaat kemudian, Hanaaumoe datang dan berteriak, “Para pelaut, apakah kalian sudah tidur?”
Karena tak ada jawaban, Hanaaumoe tertawa dan berkata, “Ha ha ha… kini kalian akan jadi santapan lezat!”
Seketika, para siluman masuk ke dalam rumah bersama Raja Halalii. Raja para siluman itu duduk di ambang pintu. Para siluman mulai menggali tanah di lantai dalam-dalam. Kapten Kahaookamoku dan anak buahnya dimasukkan ke lubang itu. Mereka menjadi persediaan makanan para siluman. Lantai yang tidak digali hanya di dekat ambang pintu tempat raja duduk. Kaneope pun selamat.
Paginya, para siluman pulang ke rumah mereka. Saat sepi, Kaneope keluar dari persembunyian. Ia lari ke pantai, naik ke sebuah perahu di situ, dan mendayung ke pulau Kauai.
Setiba di pulau Kauai, ia segera menemui Raja Kauai dan menceritakan nasib teman-temannya. Raja Kauai lalu memanggil penasihatnya, Hanakapiai, untuk membuat rencana penyelamatan.
“Semua ahli pahat harus membuat patung kayu pahatan yang semirip mungkin dengan manusia. Sehingga para siluman tidak curiga,” kata Hanakapiai.
Para pemahat langsung bekerja keras membuat patung. Raja Kauai lalu memimpin sekelompok pendayung menuju pulau Oahu. Semua patung pahatan itu ikut dibawa. Kaneope juga ikut serta.
Seperti biasa, Hanaaumoe menunggu perahu lewat di pantai. Ketika melihat kapal dari Kauai, ia seperti biasa berteriak membujuk. Kaneope langsung memberi tahu raja dan para pendayung, bahwa itulah kepala pasukan siluman.
Mereka pun mendarat dan berpura-pura tidak curiga. Mereka mengikuti Hanaaumoe menuju rumah kayu yang lain dengan yang sebelumnya.
Ketika Hanaaumoe pergi, para pendayung bergegas meletakkan patung-patung kayu di tempat tidur. Mereka lalu diam-diam kembali ke kapal mereka.
Sebelum kembali ke kapal, Kaneope menyelinap pergi ke rumah kayu yang lain. Ia membebaskan kapten Kahaookamoku dan para pendayungnya dari lubang bawah tanah. Dengan terharu, mereka semua berlari dan selamat sampai di kapal Raja Kauai.
Saat malam tiba, Hanaaumoe datang ke rumah itu dan berteriak, “Para pelaut apakah kalian sudah tidur?”
Karena tak ada jawaban, Hanaaumoe tertawa girang. Para siluman dipimpin Raja Halalii segera menyerbu ke dalam rumah.
“Manusia-manusia ini sepertinya lebih gemuk dibandingkan yang kemarin. Ayo, kita santap mereka dulu!” kata Raja Halalii. Mereka pun mulai memakan patung kayu.
“Ini kenapa keras? Susah dikunyah!” keluh para siluman. Namun mereka tetap makan tanpa sadar kalau itu hanyalah patung kayu.
Di saat itu, Raja Kauai memberi perintah pada pasukannya untuk menyiapkan obor api. Mereka membakar dinding rumbia rumah itu. Seketika siluman-siluman itu lenyap.
Sejak saat itu, orang-orang tak takut mendekat ke pulau itu. Beberapa orang berkata Hanaaumoe berhasil lari dan sembunyi di suatu tempat. Namun cerita itu mungkin tidak benar, karena pulau Oahu aman sampai sekarang.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR