Raja Jingga sangat gembira karena Ratu Kuning melahirkan seorang bayi perempuan. Bayi itu adalah putri ketiga mereka. Ratu memakaikan baju berwarna merah yang dirajutnya sendiri. Ratu lalu menamakannya Putri Merah.
Raja Jingga mengadakan pesta besar untuk merayakan kelahiran puteri ketiganya itu. Ratu memakaikan baju warna merah yang baru untuk Putri Merah. Tamu-tamu undangan pesta semua datang membawa hadiah. Semua bergembira. Kecuali, Penyihir Hitam dan adik perempuannya yang tidak diundang oleh Raja.
Adik perempuan Penyihir Hitam dijuluki si Pucat. Wajahnya tirus dan pucat. Hampir seumur hidupnya ia tidak pernah tertawa.
Penyihir Hitam marah karena ia dan adiknya merasa dilupakan. Ia lalu menyihir Puteri Merah menjadi seekor tikus.
“Puteri Merah akan menjadi manusia lagi jika adikku, Si Pucat, bisa tertawa,” kata Penyijir Hitam.
Raja Jingga dan Ratu Kuning sangat sedih dan panik. Mereka mengumpulkan semua badut dan pelawak di negeri itu. Mereka disuruh melucu di depan si Pucat. Namun sayangnya, adik Penyihir Hitam itu tetap tidak bisa tertawa. Bahkan tersenyum pun tidak.
Raja Jingga tidak punya cara lain untuk melindungi putri bungsunya. Ia lalu memerintahkan para prajurid untuk menangkap semua kucing di kerajaan itu. Lalu melepaskan kucing-kucing itu ke wilayah lain di luar kerajaan. Raja Jingga khawatir jika Putri Merah diserang oleh kucing.
Tahun demi tahun berlalu. Putri Merah tumbuh dewasa tetapi dalam wujud tikus.
Pada suatu hari, Raja Jingga mengadakan pesta ulang tahun Ratu Kuning. Kedua kakak Putri Merah memakai gaun mereka yang terindah ke pesta itu. Pangeran Aldo dari kerajaan tetangga, juga datang ke pesta itu.
Putri Merah biasanya tidak mau datang ke pesta. Namun hari itu, ia ingin melihat Pangeran Aldo yang terkenal tampan dan gagah. Maka ia pun memakai gaun merahnya dan naik ke punggung seekor ayam jantan sahabatnya. Putri Merah mengikat sehelai pita merah di leher ayam itu sebagai tali kekang. Ia lalu pergi ke pesta ulang tahun ibunya.
Kali ini, Raja Jingga tidak lupa mengundang Penyihir Hitam dan adiknya, si Pucat. Ketika akan mengambil makanan pesta, si Pucat melihat Putri Merah masuk ke ruangan pesta. Si Pucat terdiam sejenak. Tiba-tiba ia merasa geli. Betapa lucunya melihat seekor tikus bergaun putri menunggangi ayam jantan, dengan tali kekang dari pita.
“Ha ha ha…”
Si Pucat tertawa terbahak-bahak. Wajahnya yang pucat berubah kemerahan cerah. Ia tertawa sampai tak bisa berhenti. Ia terus tertawa sampai terguling-guling di lantai.
Di saat yang sama, wujud Putri Merah pun kembali seperti semula. Ia ternyata telah tumbuh menjadi putri yang sangat cantik jelita. Betapa bahagianya Raja Jingga, Ratu Kuning, dan kedua kakak Putri Merah. Putri Merah pun sangat bahagia, karena ia bisa berkenalan dengan Pangeran Aldo.
(Dok. Majalah Bobo / Folklore)
Source | : | (Dok. Majalah Bobo / Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR