Hari pertama Ayu di sekolah baru diisi dengan pelajaran Bahasa Indonesia. Meteri pelajarannya mengenai bercerita pengalaman tak terlupakan. Bu Guru Santi meminta anak-anak untuk menuliskan dulu di buku masing-masing tentang pengalaman yang akan diceritakan.
Semua anak begitu asik menuliskan pengalamannya masing-masing, termasuk Ayu.
“Nah, sudah selesai menuliskan anak-anak? Sekarang, siapa yang mau maju menceritakan pengalamannya?”
Beberapa siswa antusias mengacungkan tangan, tetapi Ayu tidak. Sepertinya, Ayu masih malu bercerita di depan kelas barunya. “Ibu pilih yang pertama mengacungkan tangan ya. Sita maju, Nak,” kata Bu Santi.
“Teman-teman, ini ceritaku ketika jalan-jalan ke Taman Mini Indonesia Indah. Aku senang sekali karena di sana ada banyak sekali rumah adat yang bisa didatangi. Selain itu, ada juga museum-museum yang punya banyak koleksi benda-benda bersejarah. Ternyata, Indonesia memang negara yang kaya, bahkan sejak dulu. Rumah adat kita punya banyak bentuk, pakaian adatnya juga bagus-bagus. Sejak dari Taman Mini, aku jadi ingin kelililing Indonesia. Itu ceritaku teman-teman.”
Semua anak dan Bu Santi bertepuk tangan setelah mendengar cerita Sita.
“Wah, cerita Sita menarik sekali, ya. Betul itu, negeri kita ini memang snagat kaya akan kebudayaan. Nanti kalau keliling Indonesia, ajak Bu Guru, ya,” kata Bu Santi. Semua anak tertawa mendengarnya.
“Sita boleh tunjuk sekarang. Mau dengar cerita siapa?” kata Bu Santi.
“Mmmm, mau dengar cerita Ayu, Bu,” kata Sita sambil tersenyum ke arah Ayu.
Semua anak juga melihat ke arah Ayu. Kali ini Ayu yang diam saja karena merasa deg-degan harus bercerita di depan teman-teman barunya.
“Ayo, Ayu maju ke depan. Ceritamu pasti bagus,” kata Raras, teman baru yang duduk di sebalah Ayu.
“Iya, Ayu maju-maju,” Ayu mendengar banyak teman baru yang menyemangatinya.
Ayu pun berdiri dan maju ke depan.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR