Ular yang kita tahu saat ini tidak mempunyai sayap. Tapi para peneliti menemukan fosil ular bersayap. Apakah dulu ular punya sayap?
Fosil
Para peneliti dari Universitas of Pennsylvania dan Tennessee State University, Amerika Serikat menemukan fosil ular yang tidak biasa. Jika dilihat ular ini seperti mempunyai sayap.
Ular ini diperkirakan hidup lima juta tahun yang lalu. Ular bersayap ini ditemukan di dekat East Tennessee State University. Tempat tersebut bernama The Gray Fossil Site.
Terinspirasi tokoh mitologi
Fosil ular ini diberi nama Zilantophis schuberti. Nama Zilantophis diambil dari tokoh mitologi Tatar, yaitu Zilant. Zilant juga mempunyai wujud seperti ular bersayap.
Sedangkan schuberti diambil dari nama Dr. Blaine Schubert, yaitu salah satu direktur eksekutif di East Tennessee State University.
Zilantophis schuberti bukan ular yang besar. Panjangnya hanya 30 sampai 40 cm. Ular ini diperkirakan tinggal dalam tumpukan daun di lubang pembuangan yang dikelilingi dengan hutan. Hewan ini bisanya memakan ikan kecil atau serangga.
Tubuh Zilantophis schuberti terlalu kecil untuk bisa memakan hewan pengerat, seperti tikus.
Baca Juga: Apa yang Dimaksud Fosil dan Artefak? Ini Penjelasannya
Tulang belakang seperti sayap
Hal yang berbeda dari Zilantophis schuberti adalah bentuk tulang belakangnya. Menurut para peneliti, tidak ada spesies ular lain yang mempunyai bentuk tulang belakang seperti Zilantophis schuberti. Tulang belakangnya ini terlihat seperti sayap.
Para peneliti memperkirakan kalau ular ini bersaudara dengan spesies rat snakes (Pantherophis) dan kingsnakes (Lampropeltis). Kedua spesies ular ini sangat umum ditemukan di Amerika Utara.
Para peneliti mengatakan kalau Zilantophis schuberti hidup saat lingkungan dan iklim mengalami perubahan.
Pada saat itu, hutan mulai tergantikan dengan pada rumput. Ular ini dapat membantu para peneliti memahami bagaimana hewan bereaksi terhadap perubahan lingkungan di masa depan.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | Bobo |
Penulis | : | Aisha Safira |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR