Hujan baru saja berhenti. Minggu pagi yang sendu tidak seperti biasanya ketika berkunjung ke rumah nenek. Ayu hanya dian memandangi jendela kiri mobil. Ayah menyetir dan Ibu juga diam. Ini adalah kunjungan pertama selepas nenek meninggal.
“Ayu kita sudah sampai,” kata Ibu membuat Ayu kaget. Tak lama kemudian Ayu, Ayah, dan Ibu keluar dari mobil.
Di dalam rumah nenek, sudah ada sepupu-sepupu Ayu yang duduk bersama di ruang keluarga. Hari ini ada agenda untuk membersihkan rumah nenek. Sebenarnya, setiap hari Minggu memang biasanya berkunjung ke rumah nenek dan berkumpul bersama saudara-saudara lainnya. Nenek akan bercerita dan mengajak cucunya untuk merawat kebun mawar di halaman belakang. Semua kegiatan bersama nenek memang menyenangkan.
“Yu, aku kangen Nenek, kangen diajak bercerita,” kata Deva.
“Ayu juga Dev, kangen memetik mawar lalu dirangkai di vas bunga,” kata Ayu.
Semuanya tampak murung karena merasa rindu dengan nenek.
Ayu dan Deva lalu bermain-main ke halaman belakang. Sesampainya disana, halaman belakang ternyata tak seindah dulu. Banyak sampah daun berguguran dan tumbuhan mawar hanya sedikit yang berbunga, tak seperti biasa.
Ayu teringat kata Nenek, bahwa merawat tanaman sama seperti merawat adik, harus dengan kasih sayang. Ketika kita menyayangi tanaman, maka mereka akan memberikan bunga sebagai tanda terima kasih. Nenek bilang kalau kebun mawar itu seperti perasaan nenek, jika berbunga, artinya nenek bahagia.
Ayu langsung menarik tangan Deva menuju ruang tamu.
“Ayah, Ibu, om, tante, yuk kita mulai rapi-rapi. Kita juga bersihkan kebun mawar Nenek. Kan kalau berbunga artinya Nenek bahagia,” kata Ayu penuh semangat.
“Iya, kita harus buat Nenek bahagia,” kata Deva menambahkan.
Suasana jadi berubah semangat. Ibu memeluk Ayu, dan tante memeluk Deva. Semuanya bersiap untuk merapikan rumah nenek.
Ayu dan Deva segera menuju halaman belakang untuk membersihkan kebun mawar. Mereka sangat bersemangat karena kebun itu adalah hal yang sangat disayang oleh Nenek.
“Yu, tidak perlu disiram yah, karena baru saja hujan,” kata Deva.
“Iya Dev, tapi kita semprotkan pupuk yuk,” kata Ayu.
Deva dan Ayu sudah terampil merawat mawar karena setiap Minggu diajarkan oleh nenek. Merekapun sangat sayang kebun mawar itu, sama sayangnya dengan nenek.
Daun-daun yang berguguran dikumpulkan untuk dibuat menjadi kompos. Nenek pun sudah mengajarkan mereka cara membuat pupuk kompos yang sederhana.
“Nenek memang hebat, nenek bisa membuat kita mengerti cara membuat pupuk juga,” kata Deva.
“Iya Dev, kita harus semangat merawat kebun ini,” kata Ayu.
Jam menunjukkan pukul 12.00, semua pekerjaan telah selesai. Ayu, Deva, dan semua yang ada di rumah nenek kembali ke ruang tamu. Ternyata, disana sudah ada makan siang dan jus jeruk yang disiapkan oleh Ibu.
“Nah, kita sekarang makan siang bersama ya. Semua pekerjaan sudah diselesaikan dengan sangat baik. Hebat!” kata Ibu.
Semua makan siang dengan lahapnya. Senang sekali karena semuanya tidak murung lagi.
“Walaupun nenek sudah tidak ada, setiap Minggu kita akan berkumpul disini yah seperti biasa. Nanti setiap hari akan Ayah minta tetangga untuk bantu bersihkan,” kata Ayah.
“Yaaaaay, bisa lihat kebun mawar yang berbunga,” kata Deva.
“Bisa lihat senyum Nenek dari bunga mawar merah muda,” kata Ayu.
Semuanya tertawa riang. Rumah nenek dan kebun mawar di halaman belakang memang jadi tempat yang selalu menyenangkan, dulu dan sekarang.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR