“Itok! Ayo bangun! Mau sekolah tidak? Nanti terlambat, lo!"
Mendengar teriakan ibunya, Itok membuka matanya yang terasa berat. Semalam ia tidur larut karena membaca komik yang dipinjamnya dari Wowo. Dengan malas Itok bangkit dari tempat tidumya. Tiba-tiba... astaga! PR matematika! la lupa membuatnya. Padahal PR itu harus dikumpulkan hari ini jam pertama.
Itok panik. Pak Seno pasti akan menghukumnya. Dan lagi, Itok akan sangat malu kalau ketahuan teman-temannya. Masak si juara kelas dihukum karena tidak mengerjakan PR. Otak Itok mulai berputar mencari akal.
"Tok, ini sudah jam enam seperempat!" Tiba-tiba Ibu sudah berdiri di depae pintu kamar.
"Bu, kepala Itok pusing. Kenapa, ya?" keluh Itok lirih.
"Kamu sakit, ya?" Ibu mendekati Itok dan memegang dahinya.
"Tidak panas!" gumam Ibu.
"Tapi rasanya pusing sekali, Bu," bantah Itok.
Ibu menatap Itok dengan curiga. Namun akhirnya ia berkata, "Ya sudah. Kalau sakit, tidak usah masuk sekolah dulu. Nanti Ibu buatkan surat izin. Sekarang istirahat saja. Kalau sampai nanti sore tidak sembuh, kita ke dokter."
Yes! Itok bersorak dalam hati. Masalah selesai. Hanya dengan sedikit bersandiwara, ia terbebas dari hukuman Pak Seno.
Ternyata asyik juga bisa bolos sekolah. Seharian itu Itok menghabiskan waktu dengan tiduran. Kalau ibunya sedang tidak ada, diam-diam Itok melanjutkan membaca komiknya.
Sorenya Itok masih berbaring di tempat tidur ketika didengarnya suara Hanan, sepupunya, sedang bercakap di luar dengan ibunya.
"lya, Bu'de. Saya mau ngajak Mas Itok renang bareng teman-teman. Habis itu kami mau makan-makan. Saya yang traktir. Kemarin, kan, saya ulang tahun," kata Hanan.
"Wah, asyik sekali! Selamat ulang tahun, ya! Tapi, sayangnya Mas Itok baru sakit. Jadi nggak bisa ikut," Itok mendengar jawaban ibunya.
Wow, renang bersama Hanan dan teman-teman? Habis itu makan-makan? Seru juga, nih! Batin Itok. la bergegas keluar dari kamarnya.
"Ada apa?" tanya Itok pura-pura lemas.
Hanan menoleh. "Eh, Mas Itok. Tadinya aku mau ngajak Mas Itok renang bareng teman-teman. Terus kita makan bakso bareng, aku yang bayar. Tapi, kata Bu'de, Mas Itok lagi sakit. Nggak jadi, de!"
"lya. Tadi memang sakit, tapi sekarang sudah sembuh, kok," jawab Itok cepat.
"Nggak usah ikut dulu!" tukas Ibu. "Nanti kalau kamu main, pusingnya bisa kambuh lagi. Istirahat saja sampai benar-benar sembuh. Biar besok bisa masuk sekolah."
Itok ingin membantah, namun ia takut ibunya akan curiga. Akhirnya dengan kecewa ia kembali ke kamarnya.
"Huh! Gara-gara PR matematika semuanya jadi berantakan!" gerutu Itok. Hatinya jengkel saat mengerjakan setumpuk PR matematika di depannya. Akhirnya PR itu selesai juga.
Esok paginya, Itok pergi ke sekolah dengan segar bugar. Sampai di sekolah, Bayu menyapanya, "Wah, sudah sembuh, Tok? Sakit apa kemarin?"
"Nggak tahu. Kemarin aku pusing sekali, tapi sekarang sudah sembuh."
"Rugi, Io, Tok, kemarin kamu nggak masuk!" kata Bayu penuh semangat.
"Kemarin ada promosi es krim gratis. Tiap anak dikasih satu. Enak, Io!"
Itok memandang Bayu. "Tiap anak dikasih satu?" tanyanya kurang yakin.
"lya. Tuh, lihat saja! Tempat sampah masih penuh dengan bungkus es krim. Kamu rugi deh, nggak masuk kemarin!" ujar Bayu bersemangat.
Cerita Bayu itu membuat Itok tidak bisa konsentrasi di kelas.
"Ah, coba kemarin aku nggak bolos. Coba kemarin aku nggak pura-pura sakit," sesalnya.
Jam terakhir adalah pelajaran matematika. Itok mengambil buku PR di dalam tasnya. "Kemarin gimana, Ded? Udah dicocokkan semua PR-nya?" tanya Itok pada Dedi yang duduk di sebelahnya.
"Hah? O iya, kamu kemarin nggak masuk, ya? Kemarin, kan, Pak Seno nggak ada, Katanya ada rapat persiapan buat olimpiade matematika tingkat provinsi. Jadi, PR-nya belum diperiksa. Terus jam matematika dikosongkan. Sebagai gantinya, anak-anak diajak nonton film tentang Einstein di aula. Asyik banget filmnya!"
Ooooh,.. Itok menyangga kepalanya dengan kedua tangannya di belakang kepala. Kali ini ia benar-benar gondok. Kemarin, kan, ia pura-pura sakit dan bolos sekolah, hanya untuk menghindari Pak Seno. Eh, ternyata Pak Seno malah tidak masuk juga.
Aduuuh! Kini Itok merasa pusing betulan memikirkan kerugiannya. Tidak ikut renang, tidak ikut makan-makan ditraktir Hanan, tidak dapat es krim... dan tidak ikutan nonton film bareng.
"Padahal aku, kan, cuma bolos sehari. Kenapa jadi ketinggalan banyak hal yang menyenangkan?" sesalnya. "Pokoknya aku kapok! Kapok! Kapoook!" jerit Itok dalam hati.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR