Setelah duduk, Ipong berhadapan dengan lawannya, seorang anak laki-laki yang tampan dan rapi. Anak itu tersenyum dan menjabat tangan Ipong, menyebutkan namanya Ian.
Ketika menoleh ke kiri, di meja nomor tiga ternyata ada anak yang tinggal di kompleks perumahan yang sama dengan Ipong. Anak itu berkaus biru, menganggukkan kepala dan tersenyum pada Ipong.
Panitia membacakan peraturan-peraturan yang harus ditaati dan nama-nama peserta lomba, lalu acara lomba dimulai. Lawan Ipong ternyata sangat pandai. Dalam sekejap ia sudah melahap tiga pion Ipong dan dalam waktu 8 menit Ipong kalah. Ipong menoleh ke kiri dan anak berkaus biru sudah kalah lebih dulu dan meninggalkan kursinya. Ipong mendekati pamannya dengan kecewa dan berkata, "Paman, aku mau pulang saja sekarang!"
"Jangan pulang, nonton saja pertandingan dulu. Kamu, kan, bisa belajar dari para calon juara!" Paman Dani mencegah.
"Untuk apa? Aku, kan, sudah kalah!" kata Ipong dengan wajah lesu dan nada kurang senang. la pun ingat isi celengannya yang sudah berpindah ke tangan supir taksi.
Paman Dani mengeluarkan uang Rp100.000,00 dan memberikan pada Ipong.
"Turunlah ke lantai dua. Kamu bisa makan ayam goreng dan kentang. Sesudah itu kembali ke sini dan baru ambil keputusan. Kamu belum sempat makan, kan!"
Ketika Ipong masuk ke restoran, anak berkaus biru ternyata sudah ada di sana. la baru mau mulai makan. la memberi isyarat agar Ipong duduk di dekatnya.
Ipong memesan makanan dan kemudian membawa bakinya ke meja anak itu. Keduanya berkenalan.
"Rupanya kita sama-sama belum sarapan, Pong!" kata Aris, anak berkaus biru itu. Ipong menceritakan masalah pendaftaran lomba catur.
"Kalau aku sudah mendaftar. Cuma semalam aku asyik main catur sendiri, tahu-tahu pagi hari aku masih mengantuk dan sulit bangun. Jadi tidak sempat sarapan dulu!" Aris menjelaskan.
"Benar kata ibuku, kalau mau ikut lomba harus menyiapkan diri sebaik-baiknya!"
Terbit Hari Ini, Mengenal Dongeng Seru dari Nusantara di Majalah Bobo Edisi 35, yuk!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR