Anak laki-laki berkepala agak gundul itu bernama Otong. Karena badannya gendut, teman-temannya kadang menjulukinya Tong Gendut. Otong memang doyan makan, makanya tubuhnya gendut. Tapi, Otong tak pernah marah jika dipanggil Tong Gendut oleh teman-temannya.
"Ah, mereka, kan, hanya bercanda. Lagi pula, aku malah jadi terkenal dengan julukan itu," begitu pikir Otong.
Sampai pada suatu hari, Otong akhirnya ngambek juga. Itu gara-gara teman-temannya kelewatan meledeknya. Ceritanya, Irin mau mentraktir teman-teman sekelas makan di kantin sepulang sekolah. Anak-anak tentu saja gembira. Termasuk Otong. Tetapi, saat istirahat kedua...
“Tong, kamu juga mau ikut ditraktir Irin?" tanya Teddy.
“Tentu saja! Kapan lagi kita bisa makan gratis?" jawab Otong semangat.
"Wah, gawat, nih, kalau Otong ikut," kata Teddy pada teman-temannya. "Kamu harus hati-hati, Rin."
"Memangnya kenapa?" tanya Irin penasaran.
"Otong, kan, makannya banyak. Nanti yang lain bisa enggak kebagian, tuh!"
"Rin, kamu harus bawa duit banyak kalau ajak Otong. Porsi makannya sama dengan sepuluh orang," Teddy membuat suasana semakin seru.
Awalnya Otong masih ikut tertawa mendengar canda teman-temannya. Namun lama-lama kupingnya panas juga. Tiba-tiba ia nyeletuk, "O, iya! Aku lupa! Maaf, Rin, nanti siang aku enggak bisa ikut. Aku diajak Kakak ke pameran buku."
Teman-temannya langsung terdiam.
"Lo, kok, tiba-tiba enggak bisa? Kamu marah, ya, Tong?" tanya Irin.
"Ah, nggak, kok! Aku benar-benar nggak bisa," jawab Otong cepat.
Siangnya, saat pulang sekolah, Otong segera mengemasi bukunya dan meninggalkan teman-temannya. Biasanya, mereka bersama-sama berlarian gembira menuju kantin. Kini, teman-teman Otong seperti tersadar. Mereka menyesal juga sudah becanda keterlaluan meledek Otong.
Sampai di rumah, Otong kesal sekali. Alasan pergi ke pameran buku sebenarnya hanya karangannya. Otong tidak tahan mendengar ejekan teman-temannya. Gurauan tadi sudah benar-benar keterlaluan!
Rasanya Otong ingin menangis, tetapi ia malu. Tiba- tiba, terlintas suatu rencana di benaknya. Otong tiba-tiba merasa bersemangat lagi.
Sejak peristiwa itu, Otong selalu menghindari ajakan teman-temannya untuk ditraktir makan di kantin. Teman-temannya mulai curiga.
“Tong, kamu masih marah, ya? Maaf, ya, waktu ulang tahun Irin itu, kami, kan, hanya bercanda. Maaf kalau kami membuatmu tersinggung," bujuk Tama.
"Ah, aku nggak apa-apa! Kebetulan aku selalu ada acara, jadi tidak bisa ikut makan-makan," Otong berusaha tersenyum.
Hari berikutnya waktu pelajaran olahraga, Pak Harli mengajak anak-anak lari keliling lapangan sepak bola lima kali. Anak-anak langsung mengeluh.
"Dua kali saja, Pak. Daripada kami nanti pingsan," tawar Wiwin.
“Tidak. Pokoknya lari keliling lima kali. Kalau sudah benar-benar tidak kuat, kalian boleh berhenti. Tapi untuk anak yang menyelesaikan lima putaran, dan berada di urutan terdepan, akan Bapak berikan bonus."
"Bonusnya apa, Pak?" tanya Tama penasaran.
"Wah, rahasia, dong! Yang jelas, kalian pasti suka!" jawab Pak Harli sambil memamerkan senyum misteriusnya.
Anak-anak pun berlari mengikuti Pak Harli berkeliling lapangan sepak bola. Sampai putaran kedua, mereka masih kuat bertahan. Namun, mulai putaran ketiga, mereka mulai menyerah satu persatu. Pada putaran kelima, tinggal lima anak yang masih bertahan, termasuk Otong.
"Wah, Otong hebat, ya! Badannya gendut, tapi, kok, kuat lari sejauh itu?" komentar Tantri sambil bersandar kelelahan di tepi lapangan. Tiba-tiba terdengar teriakan Tama, "Hai, hebat! Otong nomor satu!"
"Hah? Si Otong Gendut paling depan? Kok, bisa?" Wiwin membelalakkan mata. Tadi ia terkantuk-kantuk, jadi tidak memerhatikan Otong yang telah memimpin lari. Saat Otong mendekati mereka, mereka pun berebut bertanya.
“Tong, kamu, kok, bisa bertahan lima putaran?"
"Jangan salah, ya! Aku, kan, tiap pagi lari keliling kompleks. Jadi tadi nggak ada masalah," ujar Otong sambil mengatur napasnya. Ooo, rupanya itulah rencana Otong untuk menguruskan badannya.
"Anak-anak, seperti janji Bapak tadi, Otong layak dapat hadiah. Yaitu makan sepuasnya di kantin sekolah."
"Asyiiik!" seru Otong. "Lo, Tong, tumben kamu nggak nolak? Sudah nggak marah lagi, nih?" goda Tama.
"Marah? Ah, itu, kan, dulu! Sekarang, ayo serbuuu!" seru Otong sambil lari ke kantin.
Ah, Otong! Rupanya ia sudah lupa pada dietnya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR