Panggilan itu memecahkan lamunan Rudi. Diam-diam Rudi kesal melihat Bayu dan Amir. Dia merasa Amir telah merebut sahabatnya. Namun, Rudi tidak terlalu memikirkannya sampai ia bertemu kembali dengan Bayu dan Amir beberapa hari kemudian.
“Rudi, kenalkan ini Amir. Dia juga suka cerita detektif, lo,” kata Bayu.
Rudi menyalami Amir tanpa senyuman. Dia masih kesal karena Amir telah merebut satu-satunya sahabatnya. Sebenarnya, Rudi dan Amir sudah saling tahu nama namun belum pernah bertegur sapa.
“Rudi, aku tinggal di apartemen yang dulu kamu tempati. Ada beberapa petunjuk yang berhasil aku pecahkan. Tetapi ada juga yang masih misterius,” kata Amir.
Mendengar itu, Rudi langsung lupa pada kekesalannya. Ia langsung teringat permainan detektif yang sering ia mainkan bersama Bayu saat masih tinggal di apartemen. Mereka memang meninggalkan beberapa petunjuk misterius yang tidak mudah terlihat.
“Misteri itu hanya bisa dipecahkan oleh Rudi,” puji Bayu.
“Ah, enggak juga. Bayu juga bisa, kok,” kata Rudi merendah.
“Bagaimana kalau kita pecahkan bersama?” usul Amir.
Usul Amir itu disambut gembira oleh Rudi dan Bayu. Ketiga anak itu langsung berbincang akrab. Rudi dan Bayu gantian bercerita tentang misteri suara dalam tembok yang pernah mereka pecahkan bertahun-tahun yang lalu. Rudi juga bercerita tentang permainan detektif yang mereka mainkan di apartemen yang sekarang ditinggali oleh Amir itu.
“Petunjuk itu aku buat saat berumur 7 tahun di balik papan,” kata Rudi.
“Aha! Aku tahu. Pasti petunjuk itu letaknya di balik pintu dan tempatnya lebih pendek dari yang aku kira,” seru Amir mantap.
“Tentu saja. Saat itu Rudi belum setinggi sekarang,” ujar Bayu.
“Aku akan segera mencarinya setiba di rumah,” tekad Amir.
Ketiga anak itu tertawa gembira. Rudi sudah lupa pada kekesalannya. Saat itu, Rudi tidak lagi merasa kehilangan sahabat. Rudi malah mendapatkan sahabat baru yang sama-sama suka cerita detektif.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR