Sebentar lagi pekan olahraga antar SD dimulai. Semua perwakilan dari SD Bali Berseri sedang rajin latihan. Salah satunya adalah Bayu. Ia adalah atlet lari kebanggaan SD Bali Berseri. Bayu sudah beberapa kali menjadi juara dalam perlombaan lari tingkat SD di kecamatan.
Tinggal tiga hari lagi sebelum perlombaan dilaksanakan. Tiba-tiba, Bayu tampak begitu murung di kelas.
“Yu, kamu sakit?” tanya Kadek.
“Ndak Dek,” jawab Bayu singkat.
“Terus kenapa diam saja? Biasanya kamu bercanda dengan teman-teman,” tanya Kadek lagi.
“Sepatuku rusak Dek. Padahal sebentar lagi lomba lari. Hmm… aku tidak mau bilang Bapak karena sepertinya Bapak tidak punya uang,” kata Bayu sedih.
“Wah begitu… Kalau tidak pakai sepatu nggak mungkin boleh ikut lomba Yu. Hmm.. kamu punya tabungan?” tanya Kadek.
Bayu hanya menggeleng karena tabungannya selama ini dipakai untuk membeli buku pelajaran. Kadek pun mengerti kondisi Bayu yang sedang sedih. Kadek pun melihat sepatu Bayu yang sudah robek disana sini. “Tidak mungkin bisa lari cepat,” kata Kadek dalam hati
Bel jam pelajaran terakhir berbunyi. Sekarang siswa kelas 5 akan mengikuti pelajaran berkebun. Bayu diizinkan untuk latihan dan tidak ikut pelajaran. Ketika Bayu keluar kelas, Kadek langsung maju ke depan kelas.
“Teman-teman… Bayu sedang dapat masalah. Sepatunya rusak dan tidak bisa dipakai lomba lari. Bayu juga tidak punya uang untuk membeli yang baru,” kata Kadek kepada teman-temannya.
Semua teman sekelas Bayu pun ikut prihatin. Mereka sepakat untuk mengumpulkan sisa uang jajan hari itu untuk membantu Bayu membeli sepatu.
“Lah, anak-anak sedang apa? Kok kumpulkan uang?” tanya Pak Guru yang tiba-tiba datang.
“Hmmm… ini Pak, mau bantu Bayu beli sepatu,” kata Kadek.
“Sepatu Bayu rusak Pak,” tambah Ratna.
Pak Guru mengangguk-angguk senang melihat perilaku baik siswa kelas 5. Mereka sangat sayang pada Bayu dan mendukung Bayu untuk lomba lari.
“Tapi, sepertinya uangnya tidak banyak Pak,” kata Kadek.
“Tidak apa-apa, yang penting niat kalian besar untuk membantu Bayu. Biar Bapak yang belikan Bayu sepatu yah. Kalau uangnya kurang, Bapak tambahkan,” kata Pak Guru.
Anak-anak sangat senang mendengar kesediaan Pak Guru untuk ikut membantu Bayu.
Keesokan paginya, sudah ada kotak sepatu di atas bangku Bayu. Dibungkus dengan kertas berwarna yang lucu dan diberi pita. Terdapat kertas yang bertuliskan pesan-pesan semangat dari teman sekelas dan para guru.
Bayu sangat kaget bercampur senang menerima hadiah tersebut. Ia berjanji akan berlomba sebaik mungkin dengan sepatu yang diberikan oleh teman-teman dan para guru.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR