Oki dan Nirmala baru tiba di pantai. Sebenarnya mereka ingin berpiknik. Tapi angin dingin bertiup. “Brrr! Kita pulang saja, Nir. Aku tak tahan dinginnya!” ujar Oki menggigil.
KUSSUSANI
Supaya Tidak Kedinginan
“Hei, hei, jangan pulang dulu!” teriak putri-putri duyung. Rupanya mereka sedang bersantai di balik batu. “Di musim angin dingin, kami selalu memakai minyak burung air.”
KUSSUSANI
Supaya Tidak Kedinginan
“Oleskan ke tubuh kalian. Pasti tak akan kedinginan lagi,” ujar si putri duyung. Oki dan Nirmala lalu mengolesi tangan, wajah, dan kaki” “Wah, tubuhku jadi hangat,” seru Oki.
KUSSUSANI
Supaya Tidak Kedinginan
Nirmala dan Oki sangat gembira. Mereka jadi berpiknik. Menikmati kue sambil bercakap dengan putri-putri duyung. Sementara itu, burung-burung camar mulai berdatangan.
KUSSUSANI
Supaya Tidak Kedinginan
Semakin lama, semakin banyak camar yang datang. “Aneh! Mengapa mereka menghadap ke arah yang sama?” dahi Oki mengkerut heran. Putri-putri duyung tertawa geli. “Camar-camar itu menghadap ke arah datangnya angin dingin. Jadi bulu-bulu mereka tidak terbuka. Dan tubuh mereka tetap hangat,” salah satu duyung menerangkan.
KUSSUSANI
Supaya Tidak Kedinginan
Oki masih tidak mengerti. Nirmala lalu mengayunkan tongkatnya, “Sim salabim!” Ow, Nirmala menyulap warna angin dingin menjadi merah. Kini Oki bisa melihat arah datangnya angin. “Wah, betul juga!” gumam Oki. “Kalau angin dingin bertiup dari belakang camar-camar itu? Wah wah, pasti bulu-bulu mereka terbuka. Brr, tentu dingin sekali,” pikir Oki lagi. Kini ia mengerti. (Cerita: Vanda Parengkuan/Ilustrasi: Iwan Darmawan)
KOMENTAR