Di beberapa daerah, ada tradisi menyambut atau merayakan lebaran dengan lampu, obor, atau lampion. Suasana malam takbir jadi terang benderang.
Pitu Likur
Pekon Canggu adalah sebuah desa yang jaraknya sekitar 269km dari Bandar Lampung, Lampung Selatan. Di desa ini, ada tradisi Pitu Likur yang berarti 27. Disebut Pitu Likur, karena tradisi ini diadakan pada malam hari tanggal 27 Ramadhan.
Pada malam Pitu Likur itu, penduduk membakar tempurung kelapa yang telah disusun memanjang setinggi 1 meter. Pembakaran itu dilakukan di jalan raya utama yang melintasi desa tersebut. Sebelum tempurung dibakar, dibacakan doa terlebih dahulu.
Tradisi Pitu Likur dilaksanakan untuk menghormati leluhur. Penduduk setempat percaya, arwah leluhur akan berkunjung ke rumahnya menjelang lebaran. Nah, dengan memberi penerangan, leluhur dapat lebih mudah mencari tempat tinggalnya.
Tumbilotohe
Dalam bahasa Gorontalo, tumbilotohe berasal dari dua kata: tumbilo dan tohe. Tumbilo artinya memasan. Tohe artinya lampu. Jadi tumbilotohe berarti memasang lampu.
Di Gorontalo ada tradisi Tumbilotohe yaitu malam pasang lampu. Tradisi ini berlangsung sejak 3 hari sebelum Lebaran sampai malam takbir. Masyarakat biasanya jauh-jauh hari sudah memasang bilang-bilang bambu, tempat untuk menggantung minyak. Bambu itu dipasang di pinggir jalan. Lampunya terbuat dari botol yang diberi sumbu.
Tradisi ini diadakan untuk menyambut hari kemenangan, karena bulan suci ramadhan akan segera berakhir.
Pesta obor
Pesta Obor adalah tradisi dari desa Ringinharjo, Bantul, Yogyakarta. Tradisi ini dilaksanakan pada hari kedua atau ketiga setelah Lebaran. Dalam Pesta Obor, 40 orang berkeliling kampung membawa obor mulai pukul 19.00 (setelah Isya) sampai pukul 22.00.
Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1940-an, meneruskan kebiasaan ulama setempat bernama KH Kholil Mansyuri. Ulama yang disegani itu punya kebiasaan bersedekah kepada masyarakat setiap Lebaran. Beliau selalu memberikan sate dan es kelapa muda. Nah, dalam Pesta Obor itu, sate dan es kelapa muda menjadi menu khas pesata. Pesta Obor kadang juga disebut Pesta Obor dan Sate.
Lampion kelap-kelip
Entah sejak kapan mulainya, sekarang, di Yogyakarta, ada tradisi menyalakan lampion saat malam takbiran.
Sejak sekitar 10 hari menjelang Lebarang, di sepanjang jalan raya berjejer penjual lampion. Bentuknya macam-macam. Ada yang berbentuk bintang, kupu-kupu, kereta, mobil, matahari, bahkan ada yang berbentuk tokoh animasi. Lampion itu dijual dari harga Rp.25.000,00 sampai Rp.100.000,00.
Lampion itu kerangkanya terbuat dari bambu yang diberi lapisan minyak. Di bagian tengah lampion, diberi lubang dari bahan paralon sebagai tempat lilin. Cahaya lilin itu mampu menembus kertas minyak yang warna-warni. Hingga membuat lampion jadi indah.
Sekarang, ada lampion yang terbuat dari bahan gabus. Lampion ini lebih aman digunakan daripada lampion kertas minyak. Gabus juga lebih warna-warni ketimbang kertas minyak. Di malam takbir, lampion itu dinyalakan untuk hiasan rumah, dibawah jalan-jalan, atau untuk perlengkapan pawai.
Itulah daerah yang memiliki tradisi Lebaran dengan lampion dan obor. Masih banyak daerah yang mempunyai tradisi Lebaran serupa. Bagaimana tradisi di daerahmu?
Teks: Aan, Ilustrasi: Ode
Penulis | : | willa widiana |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR