Kota Agung dan Krui. Kedua kota ini terletak di Provinsi Lampung. Kota Agung adalah ibukota Kabupaten Tanggamus. Sedangkan Kru adalah ibukota Kabupaten Pesisir Barat.
Trans Sumatera Lintas Barat
Kota Agung dan Krui dihubungan oleh Jalan Raya Trans Sumatera Lintas Barat atau Lintas Barat Sumatera, meliputi ruas Kota Agung – Sedayu, ruas Sedayu - Bengkunat, dan ruas Bengkunat – Krui.
Jarak Kota Agung – Krui sekitar 150 kilometer. Meskipun keadaan jalan pada umumnya mulus dan sepi, kondisi jalan yang berkelok-kelok dan naik turun bukit membuat kendaraan tidak bisa melaju kencang dan harus ekstra hati-hati. Dalam keadaan normal, Kota Agung – Krui, biasanya ditempuh dalam waktu 3,5 sampai 4 jam.
Ruas Kota Agung – Sedayu : Kartu Merah
Jalan raya ruas Kota Agung sampai Sedayu dikenal sebagai ruas jalan kartu merah. Oleh sebab itu pengendara mobil dan sepeda motor dihimbau hati-hati melewati ruas ini.
Ada beberapa alasan yang membuat ruas ini mendapat status kartu merah.
1. Ruas ini melewati banyak kampung. Banyak orang sering menyeberang jalan atau bahkan duduk-duduk di pinggir jalan.
2. Ruas ini banyak anak-anak dan orang naik sepeda motor tanpa helm dan tanpa spion. Mereka kadang berjalan pelan-pelan tetapi pada posisi di tengah jalan dan bisa tersinggung kalau kita membunyikan klakson.
3. Ruas ini melewati beberapa pasar, antara lain Pasar Wonosobo, Pasar Pangkul, dan Pasar Banding. Pasar ini ramai pada siang hari, dan sangat ramai pada hari pasaran.
4. Di beberapa tempat, petugas pemungut iuran atau pengumpul dana sering memasang tong di tengah jalan dan memalang jalan dengan kayu agar kendaraan berjalan pelan. Pada hari raya Idul Fitri, petugas yang memungut dana bertambah dan kebanyakan mengenakan topeng yang disebut Topeng Sekura.
5. Ada beberapa titik rawan kejahatan di ruas-ruas jalan yang sepi. Untuk itu dihimbau untuk tidak berkendara sendirian. Labih baik berkendara bareng-bareng atau beriringan dan jangan berhenti sembarangan.
6. Citra buruk kartu merah pada ruas ini diperkuat dengan peringatan warga lokal untuk berhati-hati dan tidak berhenti di warung makan sembarangan. Alasannya, di warung makan sering ada orang yang nongkrong dan bertindak sebagai informan penjahat.
Meskipun menyandang kartu merah, sepanjang jalan di ruas ini kita bisa menikmati pemandangan nan elok berupa rumah-rumah panggung peninggalan zaman dulu.
Tempat pemberhentian paling aman dan nyaman adalah di Masjid Imaduddin yang terletak di Way Kerap. Di sini, selain tempat parkirnya luas dan kamar mandinya banyak, pengurus masjid juga menyediakan kopi, gula, teh, dan air panas gratis.
Ruas Sedayu – Bengkunat : Kartu Kuning
Ruas ini adalah jalan raya yang paling menantang dan pantas mendapat status kartu kuning. Pengendara mobil dan sepeda motor dihimbau hati-hati dan waspada di ruas jalan ini.
Sedayu adalah sebuah desa yang terletak di kaki sebelah timur pegunungan Bukit Barisan. Sedangkan Bengkunat terletak di kaki sebelah barat pegunungan Bukit Barisan.
Berikut ini beberapa alasan mengapa ruas jalan ini mendapat status kartu kuning.
1. Jalan ini memotong hutan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Kita harus waspada karena di pinggir jalan kadang ada pohon tumbang yang belum disingkirkan oleh petugas. Selain itu, kadang ada hewan liar seperti monyet, babi hutan, atau ular yang menyeberang jalan.
2. Kondisi jalan bervariasi. Ada yang berkelok-kelok, ada yang naik turun bukit. Keadaan jalan relatif bagus, meski ada beberapa titik jalan yang rusak dan belum ditambal.
3. Jalanan sangat sepi. Yang terdengar hanya bunyi serangga pohon “tongeret” atau suara-suara teriakan monyet di kejauhan. Sebaiknya hindari berkendaraan malam hari, karena suasana gelap gulita dan sepi di dalam hutan akan membuat kita merinding.
4. Demi keamanan dan agar tidak kesepian saat menembus hutan, sebaiknya berjalan beriringan dengan rombongan kendaraan sejenis. Jangan beriringan dengan truk besar pengangkut barang, karena jalanannya sangat pelan.
5. Tidak ada pom bensin atau penjual bensin eceran di ruas ini. Kalau mau melewati ruas ini, sebaiknya sudah mengisi bensi di Kota Agung atau di Krui.
Meskipun menyandang kartu kuning, melewati jalan raya yang membelah hutan ini membuat kita sadar dan menghargai perlunya hutan.
Lebatnya hutan membuat udara yang kita hirup terasa bersih dan segar. Lebatnya hutan adalah rumah bagi keanekaragaman flora dan fauna khas hutan itu. Yang mengagumkan, saat melewati hutan kita bisa menyaksikan pohon-pohon raksasa masih berdiri tegak.
Ruas Bengkunat – Krui: Kartu Hijau
Ruas ini mendapat status kartu hijau karena jalannya mulus dan nyaris tidak ada tantangannya. Malah di sepanjang jalan ini kita bisa mendengar debur ombak dari pantai laut selatan atau Samudera Hindia.
Mau mampir ke pantai? Mulai dari Sukarame, Napal, Biha, Negeri Ratu, hingga Krui, jalan raya akan melewati pinggir pantaia. Kita tinggal menunggu jalan yang mendekati pantai dan menanyakan kepada penduduk setempat jalan kea rah pantai. Pasti deh dengan senang hati penduduk akan mengantarkan kita.
Sepanjang ruas ini, kita bisa menyaksikan tanah-tanah pertanian nan subur yang digarap oleh para transmigran asal Jawa dan Bali pada zaman dahulu.
Memasuki Biha, jalanan mulai ramai. Dari Biha hingga Krui, kita akan sering berpapasan dengan “bule” yang naik sepeda motor sambil membawa papan selancar. Ya, pastinya mereka sedang mencari ombak yang cocok untuk bermain selancar.
Pantai-pantai yang biasanya untuk selancar, di antaranya adalah Tanjung Setia, Way Jambu, Karang Nyimbor, Pugung Tampak, Pugung Walur, Pugung Penengahan, Labuhan Jukung.
Meskipun jalur ini aman-aman saja, ada baiknya pengendara waspada dengan sapi bali peliharaan warga yang sering diangon dekat jalan raya. Ya, siapa tahu tiba-tiba sapi ini menyeberang jalan.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Penulis | : | Sigit Wahyu |
Editor | : | Sigit Wahyu |
KOMENTAR