Wagah adalah daerah perbatasan antara India dan Paskitan. Awalnya Wagah merupakan sebuah desa utuh di India. Namun sejak tahun 1947, Pakistan memisahkan diri dari India.
Desa Wagah jadi terbagi dua. Sisi Timur masuk wilayah India, sedangkan sisi Barat masuk wilayah Pakistan. Sejak saat itu hubungan antara India dan Pakistan kurang harmonis. Mereka menjaga wilayah perbatasan dengan ketat.
Perbatasan India dijaga oleh pasukan Border Security Force. Mereka mengenakan seragam berwarna cokelat. Kepalanya ditutup turban. Turban itu dihiasi dengan kain berbentuk kipas berwarna merah bergaris warna emas.
Perbatasan Pakistan dijaga pasukan Pakistan Rangers. Seragamnya berwarna hitam. Mereka juga mengenakan turban dengan hiasan berbentuk kipas di atasnya. Tetapi warnanya hitam.
Pintu gerbang perbatasan masing-masing wilayah dibuka mulai pukul 08.30 sampai pukul 15.30. Pembukaan gerbang ditandai dengan pemasangan bendera. Penutupan dengan penurunan bendera.
Sejak tahun 1959, penurunan bendera, sekaligus penutupan pintun gerbang dilakukan dengan upacara. Karena menarik, banyak orang menontonnya.
Upacara dimulai dengan munculnya pasukan penjaga perbatasan kedua negara. Mereka datang dari arah berlawanan menuju perbatasan. Mereka berjalan dengan gagah dan cepat sekali. Sesekali diselingi dengan ayunan kaki yang diangkat setinggi kepala mereka. Wajah mereka terlihat galak seperti sedang marah, terutama saat petugas berhadapan dengan petugas dari pasukan lain. Ketika tiba di perbatasan, kedua pasukan membuka pintu gerbang. Terdapat tiang bendera di masing-masing sisi perbatasan kedua negara. Tingginya sama. Kedua bendera diturunkan bersama-sama.
Setelah bendera dilipat, kedua pintu gerbang kembali ditutup. Tetapi dengan bantingan yang keras. Iiih menyeramkan. Eh, penonton malah bersorak.
Apakah kedua pasukan perbatasan itu saling bermusuhan? Itu dulu. Sekarang tidak lagi. Hanya dalam upacara itu saja mereka tampak bermusuhan. Di luar itu mereka saling bercanda. Bahakan kadang-kadang mereka saling mengunjungi.
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR