Maka esok harinya, Snowy pun berjalan sendiri mengikuti arah sinar matahari. Ia berjalan, dan terus berjalan. Snowy rupanya sudah berjalan terlalu jauh. Ia tidak mendengar suara ibunya memanggil-manggil namanya.
Untunglah beberapa ekor burung camar mendengar suara ibu Snowy.
“Anak beruang itu sudah berjalan ke arah laut, Bu Beruang,” seru seekor camar.
Ibu Snowy sangat panik mendengar berita itu. Ia langsung berlari sekuat tenaga untuk mengejar Snowy. Hatinya sedikit lega ketika melihat Snowy tak jauh di depannya.
Tiba-tiba, terdengar bunyi pecahan es. Es di atas gunung di dekat situ runtuh. Bongkah besar es memecah daratan es di antara Snowy dan ibunya.
KRAK!
Snowy mendelik panik melihat daratannya mulai hanyut menjauh dari ibunya.
“Ibuuu… tolooong…”
BYURRR!
Ibu Snowy langsung melompat ke dalam air dan berenang ke arah pecahan es tempat Snowy berpijak.
“Snowy, lompatlah ke dalam air. Ibu akan menyelamatkanmu!” teriak ibu Snowy.
“Tapi aku tidak bisa berenang, Bu! Aku takut!” teriak Snowy gemetar.
“Lompat saja, Snowy! Lalu gerakkan tanganmu seperti Ibu!” kata ibu Snowy sambil memeragakan cara berenang.
Snowy pun melompat ke air, dan mencoba berenang sesuai ajaran ibunya. Ternyata ia bisa!
Akhirnya, Snowy dan ibunya bisa kembali ke rumah mereka. Ayah dan teman-teman Snowy menyambutnya gembira. Snowy menyesal tidak bersabar menunggu musim semi, seperti nasihat ibunya. Petualangannya hari ini, betul-betul melelahkan!
Teks: Rizki
(Dok. Majalah Bobo)
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR