Simon si tupai bangun di sarangnya yang terbuat dari daun-daun kering, lumut, dan kemudian berlari turun di batang pohon.
“Musim semi masih panjang. Aku sangat ingin mendengar hewan-hewan di hutan ini bernyanyi untuk sekali lagi ini saja.”
“Iya, aku juga sama” kata Harry si landak.
“Dengarkan baik-baik,” kata Simon pelan-pelan. “Ayo, kita buatkan rumah untuk burung-burung. Juga untuk hewan-hewan kecil lainnya. Mereka akan kedinginan di musim salju nanti.”
Harry berpikir kalau itu adalah ide yang bagus. Selain mereka akan menjadi penolong untuk para burung, mereka akan mendapat teman-teman baru. Simon dan Harry pun bekerja tanpa istirahat. Mereka membuat rumah kayu yang besar. Rumah untuk menampung teman-teman yang tidak punya rumah di musim dingin.
Mereka membuat rumah itu dengan dahan-dahan kayu, kain-kain hangat di dalamnya, dan tentunya kasih sayang. Seekor anjing kecil, tikus ladang, dan kelinci juga turut membantu. Para burung bernyanyi dan tak mau ketinggalan bekerja. Simon dan Harry melihat rumah hasil buatan mereka dengan puas.
Saat angin di musim dingin pertama datang, para burung pun datang. Ada burung pipit, dan burung tit, burung dada merah, burung merpati, burung lark, burung warbler, burung wagtail, dan burung chaffinch.
Simon dan Harry menggali jalan-jalan yang penuh salju untuk mencari burung-burung yang kedinginan di jalan. Mereka menemukan sepasang merpati yang nyaris membeku. Mereka membawanya ke rumah itu untuk dihangatkan di dekat api unggun. Mereka menggosokan badan kedua burung itu agar hangat.
Burung-burung itu meringkuk di udara yang dingin itu. Mereka pun menjadi cepat pulih karena tidur dengan nyenyak. Para burung bernyanyi dengan gembira, dan dengan penuh rasa terima kasih. Seluruh isi hutan bernyanyi di rumah buatan mereka itu. Musim dingin itu pun terasa seperti musim semi. Suasananya sangat hangat.
Di suatu hari, sebuah badai salju datang menghantam hutan itu. “Aku akan keluar melewati badai ini,” kata Simon. “Di malam yang seperti ini, pasti ada burung-burung kedinginan diluar yang membutuhkan tempat tinggal” lanjut Simon.
“Jangan” kata Harry. “Kamu sudah lelah, biar aku saja. Kamu istirahat saja disini” kata Harry.
“Tidak, biarkan aku pergi. Kamu jaga api itu agar tidak padam” tolak Simon.
Akan tetapi, Simon tidak kembali. Walaupun Harry mencarinya, salju-salju itu menutupi jejak kakinya.
Seekor tupai terbaring seperti mati. Itu Simon! Tidak ada yang bergerak melainkan salju yang tertiup angin itu.
“Waduh-waduh..” kata seekor burung hantu dari jendela loteng sebuah gudang. “Aku harus menolongnya”. Si burung hantu menggerakkan tubuh Simon. Tubuhnya terdiam kaku. Burung hantu tersadar kalau ia tidak bisa mengangkat Simon sendiri.
“Hey kecil, mari kesini dan bantu aku!” panggil si burung hantu.
Si burung hantu kecil pun terbang kearah mereka, dan membawanya ke gudang kosong yang berdebu itu. Di sana ia menggosokkan sayapnya yang berwarna merah velvet ke tubuh Simon sampai hangat.
“Terima kasih!” kata Simon dengan penuh syukur. “Aku merasa lebih baik. Sekarang aku harus kembali ke rumah”.
“Tubuhmu sudah lemah, kamu tidak akan berjalan sendirian. Aku akan menemanimu”.
Simon kembali ke rumah ditemani oleh si burung hantu, dan diikuti burung-burung lain yang cemas akan dia.
“Akhirnya kamu sampai. Kamu tidak tahu betapa cemasnya kami!” kata para burung. Simon beristirahat di perapian. Dia sadar dia tidak melihat temannya si landak.
“Dimana Harry?” tanya Simon.
“Dia sedang mencarimu keluar” kata para burung.
Tidak lama kemudian, Harry sampai dirumah. Tubuhnya tertutup penuh oleh salju. Ia melihat Simon dan menangis,
“Akhirnya kamu sampai! Aku mencarimu!”. Lain kali jangan pergi di cuaca seperti ini, Simon.” Kata si burung hantu.
“Baiklah, sepertinya aku akan menetap disini dan bernyanyi bersama mereka siang dan malam. Dan di musim semi nanti, aku akan kembali ke hutan.”
Semua burung bernyanyi bersama. Konser paduan suara di rumah ini dipenuhi dengan suka cita. Sampai bintang jatuh pun akan berhenti sementara untuk mendengarkan indahnya paduan suara mereka.
Teks : Rizki
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | (Dok. Majalah Bobo / Fabel) |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR