Pako ingin sekali melanjutkan sekolah. Namun, ayah dan ibunya tidak sanggup membiayainya. Kini Pako setiap hari pergi ke hutan bersama ayahnya. Mereka mencari ranting-ranting kering, pisang, pepaya dan buah-buah liar untuk dijual ke pasar di kota.
Suatu hari ketika Pako akan mengambil ranting di hutan, ia melihat benda berwama merah. Ooh, rupanya Kurcaci Berbaju Merah. Ia sedang berusaha melepaskan jenggotnya yang terjepit di akar pohon. Pako segera mematahkan akar kecil itu.
"Terima kasih, Nak. Ah, aku memang ceroboh berjalan-jalan sampai ke sini. Tak ada satu pun kawanku yang sampai ke daerah ini!" ujar si Kurcaci.
Pako tersenyum mendengarnya.
"Oh ya. Aku akan memberimu hadiah!" si Kurcaci membuka sebuah karung cokelat kecil.
"Ini ada dua biji ajaib. Dan kantung ini berisi serbuk ajaib!" si Kurcaci menyerahkan dua biji sebesar merica, dan kantung kecil berisi serbuk ajaib. "Biji ini akan tumbuh semakin tinggi bila disirami air. Dan bila kau taburkan serbuk ini pada seseorang, orang itu akan menciut jadi kecil. Bila kautaburkan sekali lagi maka ia akan kembali ke ukuran semula!"
Pako mengucapkan terima kasih dan menyimpan benda-benda ajaib itu.
Tiba-tiba saja timbul harapan baru di hati Pako. Mudah-mudahan saja dengan benda-benda itu ia bisa melanjutkan sekolah. Pada suatu hari, setelah selesai berdagang, Pako berjalan-jalan di kota. Di dekat kios bunga, ia mendengar percakapan dua dayang istana.
"Aku akan beli bunga seruni putih kesukaan Putri Lila. Kasihan, dia selalu murung dan tak mau makan!" kata Dayang Pertama.
"Bibi Tinka memang licik. Adik baginda raja itu tidak suka pada Putri Lila. Ia ingin menguasai istana. Kasihan, Baginda Raja mengira putrinya sedang sekolah di luar negeri. Tidak tahunya dikurung di puri!" kata Dayang Kedua.
Pako mendengarkan percakapan kedua dayang Putri Lila itu sampai selesai. "Aku harus menolong Putri Lila," pikir Pako.
Sore hari itu, Pako menyelinap ke halaman istana. Ia menaruh sebuah biji ajaib di dekat puri dan menyiraminya dengan air kolam. Wow, biji itu pun tumbuh tinggi sampai ke atap puri. Pako memanjati pohon ajaib itu. Lalu masuk lewat jendela puri di lantai tujuh. Di lantai tujuh itulah Putri Lila terkurung. Putri Lila yang sebaya dengan Pako sangat terkejut. Pako buru-buru memperkenalkan dirinya. "Aku ingin menolongmu. Ayahmu perlu tahu perbuatan jahat bibimu!" kata Pako.
"Ya, betul, tapi bagaimana caranya?" tanya Putri Lila.
"Seminggu lagi aku akan datang kesini. Kamu siap-siap saja. Kita akan turun lewat pohon ajaibku!" kata Pako.
Putri Lila mengangguk, walau agak khawatir jika Pako melupakan janjinya.
Setelah itu Pako turun dan pulang ke rumah. Sejak hari itu selera makan Putri Lila pulih. Ia makan banyak sehingga kedua dayangnya sangat senang. Bibi Tinka mendengar kabar tentang perubahan itu. Ia segera datang ke lantai tujuh. Ia melihat pohon ajaib yang menjulang sampai ke atap puri.
"Ini bahaya. Pohon aneh ini harus segera ditebang!" pikir Bibi Tinka, lalu menyuruh beberapa prajurit unutk menebang pohon itu.
Seminggu kemudian Pako kembali ke halaman istana. Ia melihat pohonnya sudah tidak ada. Jadi ia menaruh lagi satu biji ajaib dan mulai menyiraminya dengan air kolam. Setelah pohonnya mencapai atap puri, Pako memanjat dan akhirnya masuk ke kamar Putri Lila. Dua prajurit yang berjaga terkejut melihat pohon aneh itu tumbuh lagi. Mereka bergegas menebangnya.
Braaaak!! Pohon itu pun tumbang.
"Waah, kita tidak bisa turun. Pohonku ditebang lagi!" kata Pako ketika melihat dari jendela. Ketika itulah pintu kamar Putri Lila dibuka dari luar.
"Nah, ada penjahat kecil rupanya!" seru Bibi Tinka. Dua prajurit maju akan menangkap Pako. Namun Pako sudah siap dengan serbuk ajaibnya. Ia menaburkan bubuk ajaib itu ke arah Bibi Tinka dan dua prajurit.
Zeep zeep zeep! Ketiga orang itu menjadi sekecil biji catur. Putri Lila segera memasukkan mereka ke dalam tas kecilnya.
"Sekarang, ayo kita menghadap ayahku!" ajak Putri Lila.
Raja sangat terkejut melihat putrinya.
"Lo, ini, kan ,belum liburan sekolah. Mengapa kau sudah kembali? Dan mengapa wajahmu pucat sekali?" tanya Raja.
Putri Lila menceritakan apa yang terjadi. Ia mengeluarkan Bibi Tinka dan dua prajurit dari dalam tas.
"Lila, berapa lama kamu dikurung di puri?"
"Dua bulan sebelas hari, Ayah!" jawab Putri Lila.
"Baiklah, kalau begitu nanti Bibi Tinka juga harus dikurung selama dua bulan sebelas hari di puri lantai tujuh. Mudah-mudahan setelah menjalani hukuman, Bibi Tinka menjadi insaf. Dan dua prajurit itu akan dipindahkan untuk menjaga pos di Padang Gurun. Lalu... kamu dan Pako..." Raja berpikir sejenak. Pako berdebar-debar menunggu lanjutan perkataan Raja.
"Kalian berdua harus sekolah di luar negeri!" sambung Raja.
"Horeee....!!" sorak Pako di dalam hati. Pako berulang-ulang mengucapkan terima kasih pada Baginda Raja. Juga kepada kurcaci yang telah memberinya benda-benda ajaib. Berkat semua itu, ia bisa melanjutkan sekolahnya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Widya Suwarna.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR