Pagi itu Runi dan Rudi dibangunkan oleh nyanyian Datuk. Selain nyanyian, kaki Datuk sesekali menghentak lantai seperti sedang menari. Siapa pun yang mendengar sudah bisa menebak kalau Datuk sedang senang. Nyanyiannya bernada riang walaupun suara Datuk sama sekali tidak merdu.
“Ada kabar baik apa, Datuk?” tanya Rudi.
“Datuk sedang latihan bernyanyi. Nanti sore Meta mau datang dan menginap di sini,” jawab Datuk dengan riang.
“Wah, Datuk pasti senang sekali, ya,” sahut Runi.
Meta yang dimaksud Datuk adalah salah satu sepupu Bu Dini, seorang penyanyi profesional yang sangat terkenal. Runi dan Rudi memanggilnya Tante Meta. Bertahun-tahun yang lalu, Tante Meta pernah menjadi penghuni rumah besar ini.
Kedatangan Tante Meta menjadi perbincangan Runi sepanjang hari itu. Runi sangat mengagumi Tante Meta. Selain bersuara indah, Tante Meta juga memiliki rambut panjang yang indah. Setiba dari sekolah, Runi dan Rudi disambut oleh nyanyian merdu Tante Meta.
“Siapakah yang datang? Apakah Runi dan Rudi tersayang?” tanya Tante Meta. Sapaan itu disampaikan dengan nyanyian.
Kedua anak itu langsung berlari menghampiri Tante Meta. Mereka berdua girang sekali. Runi bahkan sampai melompat-lompat kegirangan.
Sepanjang sore itu, Runi memaksa Tante Meta untuk bercerita. Tante Meta suka bercerita dengan lagu. Hampir setiap kata yang keluar dari mulutnya menggunakan nada yang merdu. Lagu itu bertambah indah dengan iringan gitar yang dimainkan oleh Om Pras, suami Tante Meta. Sesekali Om Pras juga ikut menyanyi. Datuk pun ikut menyanyikan lagu yang dilatihnya pagi tadi.
Tak terasa, malam pun tiba. Tibalah waktunya untuk beristirahat. Runi dan Rudi yang kelelahan langsung ketiduran di kamar mereka masing-masing. Tidur nyenyak mereka berakhir saat subuh. Baik Runi maupun Rudi terbangun.
Bip… bip… Terdengar bunyi telepon genggam Rudi. Runi mengirimkan pesan dari kamar sebelah.
“Rudi, kamu dengar suara itu?” tanya Runi lewat teks.
Rudi memusatkan perhatiannya. Samar-samar ia mendengar suara yang makin lama makin tinggi. Suara itu kadang-kadang terdengar jauh, kadang terdengar dekat. Rudi tak kunjung membalas pesan Runi karena mencoba menebak asal suara itu. Runi yang tak tahan menunggu terlalu lama akhirnya menelepon Rudi.
“Rudi, kamu dengar suara itu?” tanya Runi sekali lagi. Kali ini langsung dengan suaranya, tidak lagi melalui teks.
Belum sempat Rudi menjawab, ia sudah dikagetkan oleh suara pintu yang dibuka Runi. Runi masih berbicara dengan telepon genggam menempel di telinga walaupun ia telah bertemu langsung dengan Rudi.
“Iya, aku mendengar suara itu,” jawab Rudi sambil meletakkan telepon genggamnya.
“Aku takut mendengar suara itu. Biasanya di rumah ini tidak pernah ada suara seperti itu. Jangan-jangan…,” ujar Runi sambil bergidik.
“Ayo kita cari asalnya,” ajak Rudi.
“Enggak mau. Aku takut,” sahut Runi.
“Ya sudah, kalau begitu kamu tinggal di sini aja, ya,” ucap Rudi sambil berjalan ke luar kamarnya.
“Tunggu! Aku tidak mau sendirian di sini,” kata Runi.
Kedua anak itu berjalan menyusuri lorong gelap. Sesampai di ruang keluarga, mereka menatap ke arah tangga. Lampu yang menerangi tangga itu temaram berkedip-kedip, seperti hendak padam. Dalam keremangan itu, terlihat sesosok tubuh perempuan berambut panjang. Sosok itu membuat Runi dan Rudi ketakutan. Tanpa melihat-lihat lagi, kedua anak itu berbalik arah dan berlari dalam gelap. Salah seorang dari mereka menyenggol lampu meja yang kemudian jatuh dengan suara berisik.
“Siapa itu?” tanya perempuan berambut panjang di tangga.
Rudi dan Runi tidak ada yang menjawab. Mereka diam saja sampai akhirnya ruangan keluarga itu berubah menjadi terang benderang.
“Runi? Rudi? Kalian sedang apa?” tanya Tante Meta dengan nada khawatir. Kali ini Tante Meta tidak bernyanyi.
“Hmmm…. Yang di tangga tadi itu Tante Meta, ya?” tanya Rudi.
“Iya. Tante tadi ke dapur untuk mengambil air hangat. Tante biasanya memang selalu minum air hangat setelah latihan bernyanyi. Sebagai penyanyi profesional, Tante selalu berlatih menyanyi setiap hari, dimulai dari pagi hari,” jawab Tante Meta. Kali ini nada-nada merdu sudah kembali terdengar.
“Berarti…,” gumam Runi sambil tertunduk malu.
“Berarti apa?” tanya Tante Meta.
Rudi segera menjelaskan apa yang terjadi. Runi dan Rudi sempat ketakutan mendengar suara bernada tinggi saat subuh menjelang. Mereka bertambah ketakutan ketika melihat seorang perempuan berambut panjang di tangga yang bercahaya remang-remang. Padahal itu semua karena Tante Meta. Suara yang mereka dengar adalah suara Tante Meta yang sedang latihan menyanyi. Tante Meta tertawa geli mendengar cerita Rudi. Rudi kemudian mengakhiri ceritanya dengan nyanyian selamat pagi yang dikarangnya sendiri.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Sylvana Hamaring Toemon.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR