Setiap tahun, aku dan Kakek Darma selalu menonton perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia di televisi. Kakek Darma adalah kakek buyutku. Maksudku, Kakek Darma adalah kakek ayahku. Usianya sudah sangat renta, namun ia masih kuat. Aku dan Kakek Darma selalu kagum pada para pasukan yang ikut upacara bendera di Istana Negara, terutama pasukan pengibar bendera dan paduan suara.
Upacara bendera selesai. Televisi kembali dihiasi dengan iklan-iklan. Aku dan Kakek Darma menyeruput teh hangat yang dibuatkan Ibu.
Kini, saatnya mendengar cerita Kakek mengenai perjuangan rakyat di masa penjajahan.
“Kamu sudah naik kelas 6 ya Rio, pasti sudah belajar tentang datangnya kembali penjajah setelah Indonesia merdeka,” kata Kakek.
Aku mengangguk. “Apakah sekarang Kakek akan menceritakan mengenai hal itu kepadaku?” tanyaku.
“Iya, ada cerita menarik saat itu,” kata Kakek.
Aku membenarkan dudukku, bersiap mendengarkan Kakek melanjutkan ceritanya.
…………………………..
Waktu itu, Kakek sedang ada di rumah, yang di desa. Tiba-tiba, ada warga yang berlari-lari ke rumah sambil berteriak memanggil nama Kakek, "Pak Suci… Pak Suci'!"
Kakek yang baru saja pulang dari sawah sangat terkejut melihatnya berlari tergopoh-gopoh.
“Ada apa? Kenapa berlari-lari begitu?” tanya Kakek waktu itu.
“Ada pasukan penjajah yang mencarimu. Kau harus sembunyi, Pak!” jawab warga itu.
“Untuk apa mereka mencariku?” tanya Kakek terkejut dan sedikit takut.
Warga itu hanya menggeleng. Wajahnya memang terlihat sangat bingung saat itu.
Hati-Hati Kandungan Gula di Minuman Manis, Bagaimana Memilih Minuman yang Tepat?
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR