Rudi baru sampai di rumah. Ia berkeringat dan sangat lelah. Jarak antara rumah dan sekolah memang cukup jauh. Ditambah lagi sepeda rudi rusak, sehingga ia harus berjalan kaki. Namun, hal itu tidak mengurangi keinginannya untuk bersekolah.
“Rud, ayo ganti baju dulu, lalu makan siang,” kata Ibu.
“Iya Bu, aku mau mandi juga supaya segar,” jawab Rudi.
Di rumah yang sangat sederhana, Rudi tinggal dengan Ibu dan adiknya. Ayah Rudi baru saja meninggal tahun lalu karena sakit. Ibu harus bekerja keras berjualan sayuran untuk membiayai kehidupan mereka.
Rudi teringat bahwa besok adalah saatnya berbagi kue kebahagiaan, itu adalah kebiasaan tahunan di sekolah Rudi. Kue yang kita bawa bisa kita berikan kepada sahabat. Rudi sangat ingin memberikan kue itu untuk Ina karena Ina selalu membantu Rudi, mulai dari meminjamkan buku bahkan membantunya membeli tas bekas saat tas Rudi rusak.
“Bahan membuat kue, kan, mahal,” kata Rudi sambil meratapi uang di tangannya yang tidak seberapa.
Rudi tak ingin merepotkan Ibu. Bisa saja ia membeli kue kecil di warung, tetapi inti perayaan ini adalah usaha membuat kue sendiri, bukan hanya membeli. Dalam hati pun, Rudi ingin membuat sendiri kue untuk Ina yang telah banyak membantu dirinya.
“Bu, besok adalah hari berbagi kue kebahagiaan. Rudi ingin memberi kue yang Rudi buat sendiri untuk Ina,” kata Rudi kepada Ibu di dapur.
“Kue? Kue apa yang mau Rudi buat untuk Ina?” tanya Ibu.
“Kue apa, ya, Bu yang bahannya tidak terlalu mahal tapi enak?” tanya Rudi kembali.
“Bagaimana kalau kita buat kue serabi? Sebagian bahannya sudah bisa,” usul Ibu.
“Waah! Mau Bu!” kata Rudi bersemangat. Ia pun membeli sedikit bahan-bahan tambahan.
Rudi membantu Ibu di dapur untuk membuat serabi. Mulai dari mengambil kayu bakar, membuat adonan, sampai menghias serabi dengan manisan.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR