Nana memasukkan kain dan selendang ke dalam tas. Ini pertama kalinya ia akan mulai latihan menari. Ada sanggar tari gratis yang sebulan ini berjalan di dekat rumah. Sebenarnya, Ibu sudah mengajak Nana latihan menari sejak awal sanggar dibuka, tetapi Nana tidak mau karena masih tidak berani.
“Sudah siap, Na?” tanya Ibu. Nana mengangguk. Ibu tahu kalau Nana masih malu-malu.
“Tidak apa-apa, kalau Nana mau mencari teman, pasti bertemu teman,” kata Ibu.
“Iyaaaaa…. Semangat!”
Nana belum pernah latihan menari sebelumnya. Ia takut akan jadi satu-satunya murid yang tidak bisa menari. Namun, Ibu berkali-kali bilang kalau latihan menari itu bukan hanya untuk menjadi bisa menari, tetapi juga untuk kesehatan.
“Di majalah ini, ditulis kalau menari bisa melatih otak juga Na, jadi bisa lebih pintar,” kata Ibu.
“Kok, bisa? Kan, yang bergerak itu tangan, kaki, dan badan, Bu. Otaknya ikut goyang-goyang gitu?” tanya Nana polos.
Ibu pun tertawa kecil melihat kepolosan Nana.
“Kalau kita olahraga, badan kita sehat, Na, termasuk otak. Nah, kalau nari, kan, kita juga harus mengingat gerakan, musik, posisi, itu juga melatih otak mengingat, lo,” kata Ibu menjelaskan.
Nana mengangguk. Ketakutannya berkurang. Benar juga kata Ibu, menari untuk kesehatan. Lagi pula wajar kalau pertama kali latihan pasti belum bisa.
Nana diantar Ibu ke sanggar dengan mengendarai sepeda.
“Ibu bersepeda supaya sehat, ya?” tanya Nana yang duduk di boncengan belakang.
“Iya Na, biar bisa main sama Nana terus,” jawab Ibu. Mereka melalui perjalanan yang menyenangkan.
Sampai di sanggar, Nana melihat baberapa anak sudah datang. Mereka langsung mengenakan kain dan selendang. Ibu membantu Nana memakainya.
“Bu, anaknya baru latihan, ya?” tanya salah satu ibu.
“Iya Bu, baru hari ini,” jawab Ibu.
“Nah, daftar dulu Bu, itu di meja yang dekat pintu,” kata ibu itu sambil menunjuk.
“Oh iya iya, terima kasih banyak, ya, Bu. Saya akan ke sana,” kata Ibu.
Nana dan Ibu mendekati meja dekat pintu. Ibu berbincang dengan seorang perempuan, sepertinya ia yang punya sanggar.
“Nana, sudah bisa latihan sekarang,” kata Ibu.
Nana mengangguk. “Ayo sana main sama teman,” kata Ibu.
Nana melangkah maju, walaupun malu-malu. Namun, tak butuh waktu lama, ia sudah punya teman yang diajak bermain ke sana ke mari.
Latihan menari dimulai. Pertama-tama Nana masih kesulitan mengikuti tarian yang dicontohkan. Tari pertama hari itu adalah Tari Ondel-Ondel.
Nana masih kebingungan dengan langkah kaki dan gerak tangan. Namun, ia tetap senang apalagi suara musik di tarian tersebut sangat ceria dan bersemangat.
“Gimana, Na?” tanya Ibu.
“Senang Bu, ternyata tidak sulit. Tapi masih harus latihan lagi,” jawab Nana.
“Gurunya baik, teman-temannya juga baik,” tambah Nana.
“Baguuusss… Sabtu depan kita latihan lagi yah,” kata Ibu.
Nana mengangguk dengan yakin. Ia akan rajin latihan karena itu membantunya untuk bisa menari dan tentu saja bertemu teman-teman baru.
Cerita: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR