“Yippi! Akhirnya kita pergi berkemah. Kita bisa belajar mandiri!” seru Bobo gembira. “Ayo, Anak-anak, cepat! Semua barang masukkan ke dalam mobil!” perintah Bapak. Ugh, Kutu Buku membawa koleksi buku-bukunya yang berat.
Brrrm! Bapak menghidupkan mesin mobil. Anak-anak mulai bernyanyi. Baru beberapa meter mobil berjalan, tiba-tiba... pet! Mesin mobil mati. Berkali-kali Bapak berusaha menghidupkannya kembali. Tapi, mobil tetap mogok.
“Maaf, Anak-anak, kita tidak bisa berangkat. Mobilnya mogok,” sesal Bapak. Anak-anak sedih sekali. “Aduuuh, jangan sedih, dong! Kalian bisa tetap berkemah di depan rumah!” hibur Emak. Wah, ide yang bagus!
“Kita bikin tipi, yuk, biar seperti orang Indian!” ajak Kutu Buku. “Harus ada kain lebar,” sahut Coreng. “Aku tahu!” seru Bobo sambil berlari masuk rumah. Bobo kembali dengan sprei Emak di tangannya. “Kita dirikan tipi kita!”
“Badanku berkeringat dan gatal. Aku ingin mandi!” kata Lobi Lobi. “Di mana tempat mandinya?” Upik tertawa. “Hihi... Mandi di rumah saja!” usulnya. Anak-anak pun bergiliran mandi di rumah Bobo.
“Bo, aku lapar!” keluh Upik. Anak-anak mengeluarkan perbekalan mereka dan mulai memasak. Panci-panci berkelontangan ribut. “Wortelnya gosong!” seru Lobi Lobi panik. “Bubur kentangnya terlalu lembek,” lapor Coreng.
Anak-anak tak berselera lagi melihat makanan di depan mereka. Acara memasak gagal. Enggak ada yang bisa dimakan. “Bo, lapar!” rintih Upik. Anak-anak lain juga lapar. “Tenang, masih ada jalan!” kata Bobo. Anak-anak mengendap-endap ke dapur Emak. “Aduhaduh... Ini sih bukan belajar mandiri!” seru Emak. “Pakai sprei Emak, mandi di rumah, eh, makan juga di rumah!“ Hihi... anak-anak tertawa. Namanya juga berkemah di depan rumah!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR