Pangeran Tobias ingin mencari gadis tercantik untuk dipinang menjadi istrinya. Akan tetapi, Pangeran sering bingung. Sebab ia menemukan cukup banyak gadis cantik di setiap negeri yang dikunjunginya.
Suatu hari, Pangeran Tobias tiba di sebuah negeri yang indah. Raja negeri itu terkenal arif bijaksana. Raja itu memiliki tujuh puteri yang cantik jelita. Namun, si sulung Puteri Milda, terkenal paling cantik. Maka Pangeran Tobias pun menyamar menjadi tukang kebun istana. Ia ingin membuktikan kecantikan Puteri Milda yang sangat termashyur itu.
Ketika melihat sendiri kecantikan puteri-puteri raja itu, Pangeran Tobias merasa takjub luar biasa. Ia juga harus mengakui bahwa kecantikan Putri Milda memang paling menonjol di antara saudara-saudaranya.
Kini Pangeran Tobias sibuk mengatur siasat untuk membuat Putri Milda jatuh cinta padanya. Berhari-hari ia mencari akal, tetapi tidak menemukan juga. Karena bingung, Pangeran pergi ke tepi hutan istana dan merenung di tepi kolam. Tiba-tiba ia mendengar dentingan harpa.
Ternyata ada seorang gadis kecil sedang memetik harpa sambil bernyanyi merdu. Seluruh angsa dan rusa di sekitar kolam tampak terpukau mendengar alunan harpa dan suara gadis itu.
"Ah, syair lagumu sangat indah. Siapa pujangga hebat yang telah menulis syair lagumu itu?" tanya Pangeran Tobias pada gadis pemetik harpa.
"Aku sendiri yang menulis syair lagu tadi!"
Pangeran Tobias berdecak kagum. Gadis kecil ini tentu sangat pintar. Ah, siapa tahu ia dapat menolongku memecahkan persoalan! Pikir Pangeran. Maka Pangeran pun menceritakan masalahnya pada gadis pemetik harpa. Gadis kecil itu tersenyum sambil berkata.
"Putri Milda menyukai keindahan syair. Tulislah beberapa bait syair untuknya."
Sang Pangeran tertegun. Gadis cilik itu telah memecahkan persoalannya! Saking gembira, Pangeran Tobias segera memacu kudanya, dan kembali ke istananya. Akan tetapi, setiba di istananya, Pangeran baru ingat. Ia tak bisa menulis. Sejak kecil ia tak pernah mau belajar. Padahal ayahandanya telah mendatangkan guru-guru terbaik dari seluruh penjuru negeri ke istana mereka.
Esok harinya, Pangeran Tobias kembali berkuda menemui gadis pemetik harpa. Ia minta dibuatkan syair dan puisi yang indah.
"Baik, tetapi ada syaratnya!" ujar gadis pemetik harpa.
"Tak masalah. Apa syaratmu?" tantang Pangeran. Ah, paling-paling ia meminta uang atau perhiasan, batin Pangeran.
"Syaratnya kau harus belajar menulis dan membaca!"
"Apa?" Pangeran Tobias terperangah tak percaya.
Permintaan yang aneh.Tapi demi sebait syair dan puisi, ia menyanggupi syarat tersebut. Hampir setiap hari Pangeran datang ke kolam istana. Ia belajar menulis dan membaca pada gadis pemetik harpa. Malam hari menjelang tidur, Pangeran Tobias tak pernah lupa mengulang pelajarannya. Gadis pemetik harpa memenuhi janjinya. Ia membuatkan sebait syair yang indah. Akan tetapi, karena asyik belajar, Pangeran Tobias malah lupa akan tujuannya semula. Yaitu membuat syair untuk Puteri Milda.
Beberapa waktu kemudian, Pangeran mulai lancar membaca dan menulis. Perlahan-lahan ia juga sudah bisa menulis syairnya sendiri. Selain itu, Pangeran juga mulai pandai berhitung. Dan olala...
Pangeran Tobias baru tahu!
Ternyata selama ini ia hanya melihat enam putri raja saja. Bukan tujuh! Itu karena dulu Pangeran Tobias belum bisa berhitung. Lalu, siapakah putri ketujuh? Ternyata tak lain adalah gadis pemetik harpa! Puteri Zoya, si bungsu yang pintar.
"Maaf, kalau selama ini aku tak memberitahumu. Aku tak mau kakakku menikah dengan seorang pangeran buta huruf!" ujar Puteri Zoya, si gadis pemetik harpa.
"Dari mana kau tahu kalau aku seorang pangeran?"
"Ayahku yang memberitahu. Kata Ayah, akan ada seorang pangeran datang untuk mencari gadis tercantik untuk dijadikannya istri. Ayahku menduga, kau pasti berniat meminang kakak pertamaku. Kecantikannya tiada tara. Tapi ayahku resah karena kau buta huruf akibat malas belajar. Bagaimana kau akan memimpin negerimu kelak kalau kau sendiri tak pernah mau belajar?"
Pangeran Tobias tertunduk malu mendengar kata-kata Puteri Zoya. Ia lalu Membatalkan niatnya untuk meminang Putri Milda. Ia kembali ke negerinya dan belajar dengan tekun. Beberapa tahun kemudian Pangeran Tobias menjadi seorang pujangga yang pandai membuat syair-syair indah. Suatu ketika, sang pangeran kembali ke negeri tujuh putri. Ia datang untuk meminang.
"Ah, sayang sekali, Pangeran!" sesal baginda raja.
"Putri Milda sudah dipinang seorang raja lima tahun lalu!"
“Tak apa, Yang Mulia," jawab Pangeran Tobias tenang.
"Saya datang untuk meminang Puteri Zoya, si puteri bungsu!"
Akhirnya Pangeran Tobias menikahi Putri Zoya. Gadis pemetik harpa itu kini telah tumbuh menjadi gadis dewasa. Pangeran telah menemukan gadis tercantik impiannya. llmu pengetahuan membuka pikirannya bahwa gadis yang cantik adalah gadis yang cerdas. Bukan hanya sekedar cantik wajahnya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Dwi Pujiastuti.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR