Tanpa berkata-kata lagi, aku berbalik menuju rumahku di seberang jalan. Mio menggonggong bingung karena kami tidak jadi ke rumah Biru. Aku berusaha mengingat-ingat di mana Mio kemarin petang. Adakah ia keluar? Sejak kapan ia suka menarik-narik jemuran di rumah tetangga?
Aku melangkah ke kandang Mio di sudut garasi. Tempat itu kosong dan bersih. Kuperiksa sekeliling rumah. Tetapi tidak ada barang-barang yang bukan milik keluargaku.
Malam harinya aku tidak bisa tidur tenang. Aku harus membuktikan Mio tidak mencuri. Bahkan kalau bisa, aku akan menangkap pencuri sebenarnya. Persahabatanku dengan Biru bisa retak bila masalah ini tidak diusut tuntas.
Pagi-pagi sekali ketika terdengar deru mobil di depan rumah, aku melompat bangun. Rupanya Minggu pagi itu Biru dan keluarganya hendak pergi. Kulihat Mbak Dauh menutup pagar, lalu masuk ke mobil. Ah, ini kesempatanku untuk mencari bukti-bukti atau jejak-jejak si pencuri!
Aku segera berlari ke depan rumah. Mio mengikutiku. Tanpa kesulitan aku membuka pagar. Keluarga Biru pergi tak lama. Jemuran penuh pakaian dibiarkan di halaman. Sebuah ide melintas di kepalaku.
“Mio!” Aku memanggil anjingku dan menunjuk ke arah jemuran. “Cepat, tarik!”
“Bukan!” Aku menggeleng tegas saat Mio malah berlari mendekatiku. Tanganku tetap menunjuk ke arah jemuran. Mio mengibas-ibaskan ekornya. Ia tak tahu apa yang aku inginkan. Kutunjuk sebuah kemeja merah sambil memerintah, “Ayo, ambil ini! Tarik!”
Mulut Mio menganga. Ia mengelilingku, lalu menggosok-gosokkan tubuhnya di kakiku. Berkali-kali begitu setiap kuberi perintah. Aku pun merasa lelah. Saat mataku berpaling ke arah rumah, kulihat pintu terbuka sedikit, sepasang mata mengintip. Biru! Kukira ia ikut pergi!
Biru melangkah keluar pintu. Aku mendekatinya dengan sangat malu. Suaraku hampir berbisik, “Terbukti, kan, anjingku tidak mau mengambil pakaian di jemuran!” Dia diam saja.
“Barangkali ada pencuri yang masuk ke sini.”
“Kenapa pencuri itu tidak mengambil seluruh pakaian?” Kedua alis Biru terangkat. “Aku tidak akan menuduh Mio kalau memang tidak ada saksi!”
Kami berdiam diri. Berpikir sendirisendiri. Lalu aku sadar, Mio tak terlihat.
Bisa Mengisi Waktu Liburan, Playground Berbasis Sains Interaktif Hadir di Indonesia!
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR