“Lihat, Bo! Gelangku cantik, kan?” pamer Coreng. “Sama dengan gelang punya Lala Pita,” komentar Bobo. Anak-anak sedang hobi pakai gelang tali warna-warni. “Ah, aku juga bisa membuatnya,” kata Simpul.
Simpul mengambil tali warna-warni koleksinya, lalu membuat gelang seperti milik Coreng. Tangan-tangannya menganyam tali dengan cekatan. Satu gelang sudah jadi. Tapi, tali Simpul masih banyak. Dia mulai menganyam lagi.
Simpul jadi asyik dengan tali-talinya. Waktu pelajaran di kelas, Simpul malah asyik membuat gelang. “Simpul, jangan main sendiri, perhatikan pelajaran di depan,” tegur Bu Guru, sambil menyita gelang buatan Simpul.
Di rumah, Simpul juga masih asyik dengan gelang-gelangnya. “Simpul, habiskan dulu makananmu!” kata Ibu Simpul mengingatkan. Simpul melanjutkan makannya, tapi tetap sambil menganyam tali-talinya.
Simpul baru berhenti setelah tali warna-warni koleksinya habis. Waktu melihat gelang-gelang buatannya, Simpul terkejut sendiri. “Wah, buat apa gelang sebanyak ini?” serunya. Simpul membawa gelang-gelang itu ke rumah Bobo.
“Aku mau satu!” seru Coreng. “Aku juga mau!” sambung Upik. Tetap saja, gelang-gelang Simpul masih banyak. “Aha, aku tahu!” seru Bobo. “Besok, kita bawa saja ke sekolah.”
“Ayo, pilih! Gelang-gelang buatan Simpul. Murah meriah lima ratus rupiah!” tawar Bobo. Anak-anak berebutan membelinya. Dalam sekejap, gelang-gelang Simpul pun habis. Tunggu, Bobo masih punya satu rencana lagi! Hari berikutnya, kelas Bobo kembali heboh. “Silakan ambil! Satu orang satu, gratis!” Ternyata, uang hasil penjualan gelang Simpul dibelikan makanan kecil oleh Bobo. Anak-anak pun berpesta. Nyam-nyam...
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR