“Mak, aku mau ke toko buku,” pamit Coreng. “Hati-hati kalau bertemu orang asing, ya. Sekarang banyak penculikan anak-anak,” pesan Emak. Coreng mengangguk-angguk. “Beres, Mak!”
Coreng berjalan santai ke toko buku di dekat rumahnya. “Ah, masak sih, di sini ada penculik anak-anak,” gumam Coreng. Tiba-tiba, dia menoleh dan melihat laki-laki bertampang menyeramkan yang berjalan mengikutinya.
Coreng mempercepat langkahnya. Tapi, laki-laki itu tetap mengikutinya dan ikut mempercepat langkahnya. Lama-lama, Coreng berlari secepat-cepatnya. “Bagaimana kalau dia menculikku?” pikirnya ketakutan.
Coreng berlari sampai terengah-engah. Pelan-pelan dia menoleh ke belakang. “Huah, untung laki-laki itu sudah pergi. Aduh, aku capek sekali!” Tiba-tiba... “Eh, itu kan Cimut! Lo, siapa yang menggendong Cimut?”
“Huaaa....huaaa...” Cimut menangis meronta-ronta. Coreng panik melihatnya. Dia tidak mengenal perempuan yang menggendong Cimut. “Jangan-jangan, Cimut diculik. Aku harus mencari pertolongan!”
“Pak, Pak, tolong, adik saya diculik orang jahat!” lapor Coreng pada Pak Satpam. Pak Satpam terkejut dan segera mendatangi perempuan yang menggendong Cimut. Coreng berlari-lari di belakangnya.
“Hei, siapa Anda? Kenapa anak ini Anda gendong? Anda penculik, ya?” tanya Pak Satpam dengan galak. “Bukan. Saya bukan penculik. Saya...” Perempuan itu menjadi gugup.
Emak muncul. “Ada apa ini? Oh, kamu menyangka Bibi Betty menculik Cimut, ya?” tanya Emak pada Coreng. “Bibi Betty teman Emak. Tadi Emak ke toilet dan menitipkan Cimut pada Bibi Betty.” Ah, Coreng lega mendengarnya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero, Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR