“Hari ini kita akan belajar drama,” kata Bu Guru. “Kita juga akan berlatih menyamar.” Coreng langsung tertarik, “Wah, seru sekali! Bisa dicoba di rumah, nih!”
Pulang sekolah, Coreng langsung berlari ke loteng. “Ini dia!” serunya sambil mengangkat sebuah wig tua dari tumpukan barang bekas. Hihi... tiba-tiba Coreng tertawa sendiri. Apa yang dia pikirkan, ya?
Coreng seibuk sekali di loteng. Rupanya dia menemukan cat mukanya yang hilang. “Criiiing... berubah!”“ teriak Coreng. “Hmm, semoga Emak tidak mengenali aku.”
“”Aku adalah anak gembala...” Ada suara anak menyanyi di depan rumah. “Ah, anak kecil mengamen,” kata Emak sambil mengambil uang receh. “Terima kasih,” kata si pengamen sambil menunduk malu-malu.
“Tik tik tik... bunyi hujan...” Si Pengamen terus menyanyi dengan suaranya yang serak. “Aduuuh, berisik sekali, sih!” keluh Upik. “Mak, kenapa pengamennya enggak mau pergi, sih?”
Emak dan Upik menghampiri si pengamen sambil membawa uang receh yang lebih banyak. “Ini buat kamu. Menyanyilah di tempat lain,” saran Emak. Si pengamen pura-pura cuek dan terus menyanyi.
Emak dan Upik kesal. Bobo yang baru pulang sekolah mendekat, ingin tahu yang terjadi. Tiba-tiba Bobo tertawa. “Hahaha... masak kalian tidak mengenali anak ini? Lihat dong, pita warna pink di rambutnya!” Emak memperhatikan pengamen itu dengan teliti. “Ya ampun, Coreeeng!” serunya. Hahaha... Coreng tertawa melihat Emak dan Upik yang tertipu dengan samarannya.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero, Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR