Rakyat Negeri Entah Apa memiliki keanehan. Tidak seorang pun bertubuh sedang. Sebagian tinggi kurus seperti tiang dan sebagian lagi pendek bulat seperti bola. Ratu Kue Klepon bertubuh pendek montok, sedangkan Putri Mahkota Kue Semprong tinggi semampai. Perdana Menteri Tiang Jemuran jangkung kurus, sedangkan Panglima Onde-Onde Jamuran bulat gemuk.
Suatu hari, Pak Jem (kependekan dari Tiang Jemuran) dan Pak Jam (panggilan untuk Onde-onde Jamuran) terbirit-birit menghadap Ratu. Kamu tahu siapa yang tiba duluan? Bukan Pak Jem yang langkahnya panjang, melainkan Pak Jam! Soalnya dia menggelinding seperti bola, gara-gara tertendang Pak Jem yang berlari di belakangnya.
"Sri Ratu, hhh... Sri Ratu! Rakyat Negeri Tetangga berbondong-bondong mengungsi ke negara kita hhh..." kata Pak Jam terengah-engah.
"Raja Tetangga dibunuh Raksasa Bonteng!"
Ratu terkejut. Bonteng Bantat, Bonteng Bantet dan Bonteng Bantut adalah raksasa siluman dari Gunung Tatetut. Mereka sering mengganggu Negeri Tetangga. Rupanya kini ketiganya masuk ke Negeri Tetangga dan membunuh rajanya! Sebelum Ratu sempat menjawab, Pak Jem tiba dan melapor.
"Sri Ratu! Putra Mahkota dari Negeri Tetangga sebelah luka parah melawan Raksasa Bonteng bersaudara! Beliau dilarikan rakyatnya ke negara kita! Raksasa Bonteng mengirim utusan, meminta Putra diserahkan kepada mereka. Kalau tidak, mereka akan menyerang kita."
Ratu sebenarnya gentar, tapi berusaha tenang. "Rawat Putra Mahkota dengan baik," perintahnya.
"Tampung para pengungsi. Panggil semua menteri." Ratu mengemukakan masalah yang mereka hadapi kepada para menterinya.
"Serahkan saja Putra Mahkota, habis perkara," usul Menteri Kenyi Banget.
"Menyerahkan teman kepada musuh adalah perbuatan hina," kata Menteri Budi Luhur.
"Lo, daripada kita diserang dan rakyat jadi korban?" sanggah Menteri Kenyi.
"Raksasa Bonteng bukan makhluk yang bisa dipercaya," kata Menteri Nyali Gede. "Kalau kita menyerahkan Putra Mahkota, apakah kita tidak akan diganggu? Buktinya Raja Tetangga dibunuh walaupun sudah menuruti tuntutan mereka."
"Mana mungkin kita bisa mengalahkan mereka," sanggah Menteri Kenyi. "Biar cuma bertiga, tapi tinggi mereka empat kali kita. Sekali sepak saja hancur meriam-meriam kita."
"Biar kecil, otak kita cukup cerdas," kata Menteri Otak Encer. "Kita cari kelemahan mereka."
Di antara pengungsi, ditemukan seorang koki yang meloloskan diri ketika akan dibunuh oleh Bonteng Bantut. Raksasa itu marah karena koki membubuhkan sedikit garam ke masakannya. Padahal ia sudah berpesan pada koki untuk memasak tanpa garam sedikit pun. Bahkan semua garam di Negeri Tetangga disuruh buang ke laut.
"Sepertinya raksasa itu takut garam," kata Menteri Otak Encer.
Setelah berunding dengan para menterinya, Ratu memutuskan, Mereka tidak akan menyerahkan Putra Mahkota kepada Raksasa Bonteng. Mereka akan melawan kalau diserang. Garam dari seluruh negara dikumpulkan dekat perbatasan. Kereta-kereta pemadam kebakaran disiapkan berikut semua pompa dan penyemprot air yang paling kuat.
Raksasa Bonteng marah sekali karena Ratu Klepon menolak menyerahkan Putra Mahkota. Tanpa berpikir panjang lagi ketiganya menyerbu ke Negeri Entah Apa. Di perbatasan tahu-tahu mereka disemprot air... Prut! Prut! Prut!
"Ha! Ha! Ha!" mereka tertawa gelak-gelak. "Perang apa bercanda, nih? Dasar kerdil!" Mereka tidak peduli tubuh mereka basah kuyup dari pinggang ke bawah.
"Enak, nih! Panas-panas disemprot air!" kata Bonteng Bantat sambil menghantam dengan gada rumah-rumah penduduk yang dilaluinya. "Ayo siram juga dada dan kepalaku!"
Tiba-tiba terdengar komando Panglima Onde-onde Jamuran,
"Ciluuuk, ba! Semprot!" Dari permukaan tanah muncullah banyak selang air. Prut! Prut! Prut! Serrrrrrr!
Kini dada dan wajah ketiga raksasa itupun tersemprot air. Malah air masuk ke mulut Bonteng Bantet yang sedang tertawa. Glek-glekglek! Tertelan! Saat itulah raksasa itu terkejut. Air itu asin!
"Celaka! Air garam!" teriaknya. Dua saudaranya pun sadar bibir mereka terasa asin dan mata mereka pedih. Mereka mengamuk sejadi-jadinya. Selang air garam tiba-tiba menghilang ke dalam tanah, tetapi muncul di tempat lain. Prut! Prut! Prut! Serrrrrr! Kaki dan badan para raksasa terasa lemas. Mereka berlari ke kolam berair bening dan menceburkan diri ke dalamnya untuk melarutkan garam dari kulit mereka. Namun, o-oh! Air kolam itu pun asin bukan main! Mereka menggelepar-gelepar dan tidak lama kemudian ketiganya berubah menjadi.... coba terka, menjadi apa? Asinan mentimun raksasa yang peot-peot!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Helen Ishwara.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR