Dahulu kala, hiduplah seorang gadis cantik sebatang kara bernama Vasilla. Ia bekerja pada seorang nenek penenun bernama Nek Irina. Vasilla membantu Nek Irina menenun kain dan baju untuk dijual. Selain cantik, Vasilla adalah seorang gadis pekerja keras dan hasil tenunannya sangat indah. Itu sebabnya, Nek Irina sangat sayang padanya dan menganggapnya bagai cucu sendiri.
Vasilla sendiri sangat sayang pada Nek Irina. Vasilla juga merasa berhutang budi karena Nek Irina memberinya upah yang cukup besar. Vasilla bisa makan enak dan membeli pakaian yang bagus.
Suatu hari, Vasilla ingin melakukan sesuatu, untuk membalas kebaikan Nek Irina. Ia lalu mengambil benang-benang lenan dan mulai menenun dengan sangat halus. Beberapa waktu kemudian, jadilah sehelai kain lenan yang halus dengan gambar yang indah.
“Nek, terimalah hadiah dari aku. Nenek boleh menjual kain ini pada siapa saja. Dan uangnya bisa untuk Nenek tabung,” kata Vasilla suatu hari.
Nek Irina sangat terharu menerima kain itu.
“Vasilla sayang… Belum pernah kulihat kain yang seindah dan sehalus ini. Aku tak akan menjualnya pada siapapun. Hanya Tsar, kaisar Rusia yang pantas mengenakan kain ini. Aku akan membawanya ke istana,” kata Nek Irina.
Maka, hari itu juga, Nek Irina pergi ke istana Tsar. Pengawal istana mengusir Nek Irina karena saat itu adalah jam makan siang Tsar. Namun Nek Irina tak mau bergerak dari istana itu. Ia malah duduk di bawah salah satu jendela istana, menunggu sampai Tsar selesai makan siang.
Tsar akhirnya melihat Nek Irina. Ia lalu menyuruh pelayannya untuk mengajak Nek Irina masuk ke dalam istananya. Setelah berhasil bertemu Tsar, Nek Irina memperlihatkan kain indah hasil tenunan Vasilla.
“Kain yang betul-betul mengaggumkan. Aku akan membelinya dengan harga berapapun,” kata Tsar terpesona.
“Yang Mulia, kain ini bukan untuk dijual. Hamba datang ke sini, karena ingin memberikan hadiah ini untuk Yang Mulia,” kata Nek Irina penuh hormat.
Tsar sangat gembira. Ia memberikan hadiah sekantong uang emas untuk Nek Irina. Tsar lalu menyuruh penjahit di istananya untuk menjahit kain itu. Namun mereka semua tak berani menyentuh kain itu.
“Yang Mulia, kain ini sangat halus dan indah. Kami takut merusaknya,” kata para penjahit istana.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR