“O iya, aku ingat. Waktu itu, dia pulang malam. Aku yang membukakan pintu. Ya, dia langsung masuk kamar dan tidak keluar lagi sampai pagi. Jelas dia tak akan keluar karena kunci depan biasa kusimpan di kamar.”
Anak-anak kehabisan ide. Ketiga tersangka sudah mereka selidiki. Tak ada yang punya kesempatan untuk mencuri anggrek-anggrek itu.
“Bisa saja Bu Silvia mencurinya sendiri,” celetuk Kiria.
“Buat apa?” tanya Taras heran.
Kiria juga bingung. “Iya juga, sih, buat apa, ya? Kalau untuk kepentingan asuransi, duitnya tak seberapa. Lagipula, Bu Silvia tidak mengasuransikan anggrek hitamnya.”
“Ngomong-ngomong, aku masih curiga dengan Bu Nanet. Kenapa dia membeli lima anggrek baru, sedangkan Bu Silvia baru saja kehilangan lima pohon anggrek? Apakah itu tidak terlalu kebetulan?” tanya Luna.
“Tapi, aku melihat tanggal yang tertera di tiket itu. Biarpun punya biro perjalanan, dia kan tidak tidak mungkin memalsukan tiket itu,” bantah Kiria.
“Hei, itu dia jawabannya!” seru Taras. Ketiga anak yang lain menoleh. Mata Taras bersinarsinar, tanda bahwa dia menemukan sesuatu. Anak-anak tak sabar mendengarkan penjelasannya.
“Bu Nanet, kan, punya biro perjalanan. Pasti mudah baginya untuk mendapat tiket setiap tempat yang diinginkan. Itu sebabnya Bu Nanet tidak bisa menunjukkan tiket pesawatnya. Tiket pesawat, kan, harus sesuai dengan nama penumpang. Sementara, tiket masuk tempat wisata bisa dipakai siapa saja.”
Bu Nanet tak bisa mengelak ketika Bu Silvia mengenali anggrek-anggrek hitam koleksinya. Dan sebagai tanda terima kasih buat Geng LOTRIA, Bu Silvia menghadiahkan salah satu anggrek hitam kesayangannya.
“Cantik sekali! Terima kasih. Kami akan menaruhnya di rumah pohon sebagai lambang kesuksesan,” sambut Luna dengan wajah berseri-seri.
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Veronica Widyastuti.
Menuju Dua Dekade, National Geographic Indonesia Gelar Pameran Foto Sudut Pandang Baru Peluang Bumi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR