Nirmala punya mainan toko kecil. Lalu ada toples-toples kecil berisi permen-permen kecil. Nirmala dan para kurcaci bermain toko-tokoan. Nirmala yang menjual. Oki dan teman-temannya yang membeli. “Yaaa, sayang aku tidak bisa ikut main. Permennya terlalu kecil!” kata Hans.
KUSSUSANI
Bermain Toko-Tokoan
Hans akhirnya pulang dengan kecewa. Saat itu, Pipiyot muncul.
“Hihihi… toko permennya buat aku saja, ya!” kata Pipiyot lalu menyihir.
BLAARR… Toko itu melayang ke arahnya.
KUSSUSANI
Bermain Toko-Tokoan
Pipiyot membawa mainan itu ke hutan. Ia lalu menyulapnya… BLARRR! Wow, toko permen menjadi besar seperti toko betulan.
“Nyam nyam…” Pipiyot asyik makan permen.
KUSSUSANI
Bermain Toko-Tokoan
Para kurcaci mengintip. “Aduuh… permennya enak sekali... “ gumam mereka. Pipiyot mendengar.
“Pergi! Kalian tidak akan kubagi!” usir Pipiyot galak. Untunglah Hans datang lagi.
“Pipiyot, kamu tidak boleh pelit!” Hans mengangkat Pipiyot dan meletakkannya di pucuk pohon tinggi.
“Aaa… turunkan akuu…” teriak Pipiyot.
KUSSUSANI
Bermain Toko-Tokoan
Hans membawa toko itu ke halaman istana lagi. “Sekarang aku bisa ikut main toko-tokoan,” kata Hans.
“Horee… Nirmala, minta permennya!” sorak para kurcaci gembira.
KUSSUSANI
Bermain Toko-Tokoan
Nirmala membagi mereka permen. “Asyik… sekarang permennya tidak terlalu kecil…” kata Hans.
“Jangan lupa sikat gigi, ya!” Nirmala mengingatkan.
(Cerita : Vanda P/ Ilustrasi: Iwan Darmawan)
Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan
Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
15 Dampak Positif Globalisasi bagi Kesenian Daerah, Materi Kelas 6 SD Kurikulum Merdeka
KOMENTAR