Setiap hari atau paling sedikit seminggu tiga kali, Paman Kitti mengajak para wisatawan untuk berkeliling tempat-tempat wisata di sekitaran Sungai Chao Phraya, sungai penting di Bangkok. Ayo, tebak apa profesi Paman Kitti? Yap, Paman Kitti adalah seorang guide atau pramuwisata yang bertugas untuk mengantarkan para wisawatan lokal maupun asing untuk menikmati tempat wisata.
Banyak sekali orang yang senang ketika berjaan-jalan bersama Paman Kitti. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa selalu antusias dengan cerita Paman Kitti.
“Ayo cerita lagi Paman, ayo!” kata anak-anak rombongan dari Indonesia ketika sampai di Wat Arun, salah satu candi terbesar di Bangkok.
Semua menyukai Paman Kitti, bahkan tak jarang, mereka mengundang Paman Kitti untuk gentian berlibur ke daerah mereka. Paman Kitti pun sudah berkunjung ke beberapa negara. Namun, ia merasa Thailand menjadi negara yang paling memikat hatinya.
“Paman, sudah berapa lama Paman menjadi pramuwisata?” tanya seorang anak.
“Sudah sepuluh tahun,” jawab Paman Kitti.
Oya, Paman KItti bisa beberapa bahasa, termasuk sedikit Bahasa Indonesia karena setiap hari dia berhadapan dengan banyak sekali wisatawan.
Suatu sore, Paman Kitti sedang beristirahat di pinggir Sungai Chao Phraya. Semua tugasnya hari ini sudah selesai. Ia berharap, semua orang yang diajaknya berkeliling merasa senang.
Saat ia melihat berkeliling, tiba-tiba ada kapal yang lewat. Ada seorang anak di dalam kapal yang bertingkah seperti kapten kapal, kadang ia pura-pura menjelaskan sesuatu, tetapi itu hanya pura-pura. Paman Kitti tertarik dengan anak itu dan memutuskan untuk berkeliling sungai dengan kapal bersama anak itu.
“Hei, siapa namamu?” tanya Paman Kitti.
Anak itu kaget mendengar suara Paman Kitti. Ia segera berhenti berperan sebagai kapten kapal.
“Namaku Jim,” katanya.
“Apa yang sedang kau lakukan Jim?” tanya Paman Kitti.
Jim merasa ketahuan sedang berakting sebagai kapten kapal. Ia agak malu.
“Coba-coba menjadi kapten kapal dan bercerita mengenai banyak tempat di Bangkok,” jawabnya terus terang.
“Ah, kamu sama sepertiku saat kecil!” jawab Paman Kitti.
Jim mengamati Paman Kitti dari atas hingga ke bawah. Ada satu hal yang menarik perhatiannya.
“Wah, tanda pengenal pramuwisata. Paman seorang pramuwisata?” tanya Jim.
Paman Kitti mengangguk dan tersenyum. Jim masih menatapnya terus menerus.
Paman Kitti berjalan menuju badan perahu untuk duduk. Saat ia menoleh ke belakang, ternyata Jim sedang mengikutinya.
“Wah? Kenapa kamu ikut?” tanya Paman Kitti.
Jim hanya tersenyum dan tertawa kecil.
“Biaklah, kamu boleh duduk di sampingku,” kata Paman Kitti.
“Yaaaay,” teriak Jim kegirangan.
Jim duduk di sebelah Paman Kitti. Ia mengamati semua hal yang dilakukan Paman Kitti. Mulai dari melihat ke sekitar sungai, membalas e-mail, dan lain-lain.
“Dulu, waktu Paman seumuran dengan kamu, Paman juga melakukan hal yang sama. Percaya tidak?” tanya Paman Kitti.
Jim tampak kebingungan.
“Maksud Paman, berpura-pura menjadi kapten kapal, menjelaskan tempat wisata, dan yang pasti duduk di sebelah pramuwisata,” kata Paman.
Hahahaha mereka pun tertawa bersama.
“Paman, aku sangat ingin jadi Pramuwisata. Bisakah?” tanya Jim.
“Bisa, Paman pun memulainya dari keinginan sejak kecil,” jawab Paman Kitti.
“Lalu?” Jim menunggu penjelasan Paman Kitti.
“Dulu itu, Paman senang sekali bermain di sungai ini, mengamati satu per satu wisatawan yang datang. Mereka senang sekali. Paman juga melihat banyak pramuwisata yang menjelaskan berbagai hal tentang Bangkok sampai membuat wisatawan tersebut begitu terkesan,” jawab Paman Kitti.
Paman Kitti berhenti sebentar. Lamunannya terbang ke masa kecilnya. Saat ia bermain-main di perahu, membantu wisawatan dengan sukarela, dan banyak lagi lainnya.
“Lalu Paman?” Jim bertanya lagi.
“Paman berusaha, sekolah, belajar bahasa, ikut pelatihan. Dan, akhirnya bisa menjadi seperti sekarang,” jawab Paman.
“Waaah… panjang sekali perjalananya, ya, Paman,” kata Jim.
“Kalau kamu mau hebat, tentu butuh proses. Tapi jika kamu senang, prosesnya akan mudah,” jawab Paman.
Jim mengangguk. Dalam dirinya semakin yakin bahwa ia ingin menjadi pramuwisata seperti Paman Kitti.
“Baik Paman, aku akan berusaha!” kata Jim.
Paman Kitti mengangguk. Ia memberikan Jim sebuah buku saku kecil dan pulpen.
“Catat apa yang kau lihat dan kau dengar di sekitar sungai ini. Nanti pasti akan berguna,” kata Paman.
“Baik!” jawab Jim penuh semangat.
Pertemuan sore ini di Sungai Chao Phraya sangat berkesan untuk Paman Kitti dan Jims. Paman Kitti seperti teringat masa kecilnya dulu dan bersyukur bisa meraih cita-citanya. Lalu, Jims bisa menemukan semangat untuk meriah cita-citanya.
Cerita: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR