“Ayo, ambil sepedanya! Pegangan erat! Wuaaa, jatuh, deh!” Anak-anak kelinci tertawa. Itulah serunya menonton lomba panjat pinang di televisi.
“Seru juga, ya, kalau kita bikin lomba panjat pinang sendiri,” gumam Bobo. Doni membelalakkan matanya, “Kenapa tidak?” Anak-anak kelinci pun sibuk mencari pohon pinang dan menyiapkan hadiahnya.
“Paman Gembul paling kuat! Ayo tarik bersama-sama!” Upik berteriak-teriak memberi semangat. “Satu... dua... tiga... tariiik!!!” Pfuhhh... akhirnya pohon pinang berdiri dengan kokoh.
Ohhh! Tiba-tiba Bobo menepuk kepalanya. “Kenapa, Bo?” tanya Paman Gembul heran. “Aduh, Pamaaan! Hadiahnya, kan, belum kita pasang!” Ups, benar juga! Paman Gembul geleng-geleng kepala.
“Bo, gimana kalau... “ Paman Gembul membisikkan sesuatu di telinga Bobo. “Wah, tumben Paman cerdik!” teriak Bobo. Hihi... Paman Gembul mendelik diledek Bobo.
“Yaaa, inilah lomba panjat pinang paling spektakuler di negeri kelinci! Lomba meletakkan hadiah di atas pohon pinang!” teriak Bobo dengan semangat.
Hihi... seru sekali! Doni terpeleset-peleset memanjat pohon pinang yang dilumuri oli. Anak-anak kelinci tertawa geli. Lo, lo, lo, kok wortelnya dimakan Paman Gembul? Priiit! Wah, peringatan buat Paman Gembul!
Sumber: Arsip Bobo. Cerita: Vero. Ilustrasi: Rudi
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR