Hari ini Ayu ulang tahun yang keenam. Mama dan Papa memberinya hadiah. Hadiah itu amat kecil. Ayu membuka hadiah itu. Di dalamnya ada sehelai kain lap kecil. Warnanya kuning. Ada renda merah di sekeliling sisinya.
Ayu mengucapkan terima kasih pada Mama dan Papa. Namun ia merasa kecewa juga. "Di ulang tahunku yang pertama, aku mendapat boneka beruang. Di ulang tahun kedua, boneka Barbie. Di ulang tahun yang ketiga, aku dapat kereta-keretaan. Di ulang tahun keempat, hadiahku rumah boneka. Lalu, saat berulang tahun yang kelima, aku mendapat sepatu. Tapi sekarang, di ulang tahun yang keenam, akucuma dapat kain lap."
Papa pergi bekerja dan Mama sibuk di dapur. Ayu bingung apa yang harus dikerjakan. la lalu mencoba kain lapnya. Mula-mula, Ayu melap meja. la mengangkat kotak buah di meja itu. Ah, Ayu menemukan sehelai pita rambut yang cantik.
"Wah, cocok sekali dengan rambutku," ucap Ayu Pita itu lalu disemat di rambutnya.
Kemudian Ayu melap keempat kursi meja itu. Wow, ia menemukan satu barang di setiap kursi. Ada buku mewarnai gambar, sekotak krayon, sebuah dompet bertulisan 'AYU', dan sebuah sisir kecil cantik. Di atas bufet, Ayu menemukan sepasang sepatu boneka. Sepatu itu sangat cocok untuk boneka Barbienya. Di atas televisi ia menemukan cincin kecil yang indah. Cincin itu berhiaskan batu kaca warna-warni.
Ukurannya sangat pas di jari manis Ayu. Saat Ayu memperhatikan cahaya berkilau dari batu kaca di cincin itu, Mama datang. Ia tersenyum manis.
"Ayu," ucap Mama, "Semua itu untuk kamu. Mama sengaja menyembunyikannya agar kau menemukannya. Kau suka?"
Mama lalu mengeluarkan kue ulang tahun yang besar. Di kue itu ada enam batang lilin. Ayu sangat senang.
"Terima kasih, Ma," katanya penuh suka cita. "Kini aku mengerti mengapa Mama memberiku kain lap di ulang tahunku ini.
Mama ingin aku sibuk ya, sementara Mama menyiapkan kejutanuntukku. Oh,sungguh ulang tahunku yang indah!"
Sumber: Arsip Bobo. Diceritakan kembali oleh Endang Firdaus
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR