“Aku tahu bisa tahu, kemana Rosalie akan dibawa dan dikurung,” pikirnya.
Pangeran Pulau Emas bergegas pergi dari tempat itu, untuk melihat ke cermin masa depan milik Pangeran Tanah. Cermin itu ternyata menunjukkan letak kuil tempat penyimpanan Buku Masa Depan.
Pangeran Pulau Emas kini berjalan lagi menyusuri hutan lebat. Beberapa waktu kemudian, ia tiba di gerbang kuil yang dijaga oleh dua singa besar. Tanpa terlihat, ia masuk ke dalam kuil itu.
Di tengah kuil, tampak sebuah altar. Di atasnya tergeletak sebuah buku. Itulah Buku Masa Depan. Pangeran Pulau Emas mendekati altar sambil memikirkan Rosalie. Ajaibnya, buku itu terbuka dengan sendirinya. Di halaman yang terbuka, tertulis apa yang akan terjadi pada Rosalie.
Rupanya, Rosalie akan dibawa ke dasar tanah yang paling dalam. Tempat itu tidak ada pintu masuknya. Satu-satunya jalan masuk ke tempat itu hanyalah melewati Kolam Air Mancur Emas.
Pangeran Pulau Emas bingung karena ia tak tahu dimana letak Kolam Air Mancur Emas berada. Apakah tempat itu jauh, atau di berada di sekitar situ?
“Aku takut kalau setiap langkahku, hanya membuat aku semakin jauh dari Rosalie,” pikirnya sedih.
Saat keluar dari kuil itu, Pangeran Pulau Emas bingung melihat enam jalan terbentang di depannya. Semuanya menuju ke hutan. Ia ragu-ragu untuk memilih jalan yang mana. Saat itu, ia melihat Pangeran Tanah dan sahabatnya datang dari jalan yang paling kanan.
Karena ingin mendapat kabar tentang adiknya, Putri Argentina, maka Pangeran Pulau Emas mengikuti mereka dan mendengarkan percakapan mereka.
“Bagaimana menurutmu, Teman…” kata Pangeran Tanah. “Aku tahu, Putri Argentina tidak akan mau bersahabat denganku. Dan aku ingin tahu, siapa pemuda yang akan dicintai Putri Argentina. Aku betul-betul penasaran. Aku ingin menggunakan air dari Air Mancur Emas. Satu tetes air itu, jika jatuh ke pasir, maka nama pria itu akan tertulis di pasir!”
Pangeran Pulau Emas sangat gembira mendengar percakapan itu. Ia pun mengikuti mereka menuju ke Kolam Air Mancur Emas.
Setiba di Kolam Air Mancur Emas, Pangeran Tanah yang tidak bahagia itu membungkuk sambil menghela napas. Ia mencelupkan jarinya ke air di kolam. Air itu lalu ia teteskan ke pasir.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR