Hari ini umat Hindu merayakan Hari Raya Kuningan. Hari Raya ini dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya 10 hari setelah Hari Raya Galungan.
Mengapa diberi nama Hari Raya Kuningan?
Makna Kuningan
Hari Raya Kuningan jatuh pada Saniscara (Sabtu) Kliwon Wuku Kuningan. Wuku adalah bentuk perhitungan kalender Jawa dan Bali.
Kata kuningan sebenarnya memiliki makna kauningan. Kata ini memiliki arti semakin dekat dengan Tuhan dengan instrospeksi diri, maka kita pun juga terhindar dari bahaya.
Hari Raya Kuningan sendiri memiliki makna bahwa kita sebagai manusia berjanji pada diri sendiri, alam, dan Tuhan untuk selalu memenangkan dharma (kebaikan) dan mengalahkan adharma (keburukan).
Berbagai Simbol
Ketika merayakan Kuningan, umat Hindu, terutama di Bali, membuat upakara atau sesajen yang penuh simbol dan makna. Salah satunya adalah tamiang, yang menjadi lambing perlindungan dan perputaran dunia. Ada juga endongan, yang berarti perbekalan untuk menjalankan kehidupan.
Sampai Pukul 12.00
Umat Hindu percaya bahwa persembahyangan pada Hari Raya Kuningan sebaiknya dilakukan sebelum pukul 12.00 siang, karena energialam semesta bangkit sejak pagi dan mencapai puncak pada tengah hari. Namun, hal ini tidak berlaku di semua tempat karena beberapa pura masih mengadakan persembahyangan di malam hari. Hal yang terpenting adalah niat yang tulus dan kesungguhan untuk instrospeksi diri.
Membuat Nasi Kuning
Pada hari raya ini, umat Hindu biasanya membuat nasi kuning yang memiliki makna kemakmuran. Pertama-tama, hidangan ini akan dihaturkan sebagai sesajen sebagai tanda terima kasih kepada Tuhan atas segala berkah yang diberikan. Kemudian, dilanjutkan dengan makan bersama.
Teks dan Foto: Putri Puspita | Bobo.ID
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR