Bunga ini bentuknya seperti hati dengan juntaian kelopak menyerupai tetesan darah. Itulah bunga bleeding heart atau bunga hati yang berdarah.
Bentuknya Unik
Tanaman bleeding heart dalam bahasa Latin disebut Dicentra spectabilis atau Lamprocapnos spectabilis. Tanaman ini berupa tanaman semak dengan tinggi sekitar 60 – 90 cm. Bentuk bunganya unik. Waktu kuncup berbentuk seperti hati dengan kelopak menyerupai tetes darah. Setelah mekar, bunga terbelah sehingga seperti hati yang patah.
Tanaman bleeding heart berasal dari Asia bagian timur. Seperti Siberia, Jepang, dan Tiongkok. Tanaman ini biasanya berbunga pada musim semi. Sekitar bulan April sampai Mei. Bunga bergantung pada setangkai batang yang berdiri secara horizontal. Tiap batang berisi 3-15 kuntum bunga. Tiap bunga panjangnya kira 2 – 5 cm.
Warna bunga macam-macam, tergantung jenisnya. Ada merah muda, merah, dan putih.
Ternyata, meskipun cantik, bunga ini berbahaya. Apabila bunga ini dimakan, akan menyebabkan keracunan karena mengandung toksin alkaloid. Selain itu, orang yang memiliki kulit yang sensitif akan mengalami iritasi kulit bila menyentuh tanaman ini.
Pemuda yang Patah Hati
Ada banyak legenda mengenai asal muasal bunga bleeding heart. Tapi yang terkenal adalah legenda dari Jepang.
Menurut cerita, pada zaman dahulu ada seorang pemuda tampan yang jatuh hati pada seorang gadis yang cantik. Ia mencoba menarik perhatian gadis itu dengan memberinya hadiah. Dimulai dengan memberinya sepasang kelinci yang lucu. Lalu sepasang sandal yang indah, terbuat dari kain sutera yang halus. Terakhir ia memberinya sepasang anting berhias permata yang mahal. Tetapi sayang gadis itu menolak menikah dengan pemuda tersebut. Sehingga pemuda itu patah hati yang sangat dalam sampai meninggal dunia.
Tak lama setelah dimakamkan, dari makamnya muncul tunas tumbuhan semak. Ketika musim semi tiba, tanaman itu berbunga dengan bentuk bunga menyerupai hati yang terbelah sedang meneteskan darah.
Foto: Creative Commons
Bertemu Karakter Favorit di Doraemon Jolly Town MARGOCITY, Apa Saja Keseruannya?
Penulis | : | Aan Madrus |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR