Bobo.id - Jika melewati kawasan sekitar Glodok, bangunan ini memang akan mengundang perhatian karena bentuknya yang klasik. Namanya, Pantjoran Tea House, tempat para pecinta teh bisa menikmati teh dari berbagai belahan dunia.
Ternyata, gedung ini punya cerita sejarahnya, lo.
Sebelum menjadi tea house, gedung ini adalah sebuah apotek yang terkenal pada zaman dahulu, yaitu Apotheek Chung Hwa.
Bisa dibilang, sejak dahulu, bangunan ini sudah mengundang perhatian setiap orang yang datang ke kawasan Glodok.
Kapiten Gan Djie
Ide perubahan apotek menjadi tea house ini sebenarnya berasal dari kisah kapiten Gan Djie, orang yang diminta Belanda untuk memimpin kawasan Glodok.
Nah, pada masa penjajahan Belanda itu, kapiten Gan Djie dan istrinya punya kebiasaan unik.
Mereka menaruh 8 teko teh di depan kantornya untuk para masyarakat yang lewat. Akhirnya, kebiasaan ini pun menjadi terkenal.
Baca juga: Jelajah Bersejarah di Kawasan Glodok
Pemugaran
Dari cerita Kapiten Gan Djie, bangunan Apotek Chung Hwa dipugar hingga menjadi Pantjoran Tea House yang kita lihat saat ini.
Sebenarnya ada sekitar 20% dari gedung dahulu yang dipertahankan sampai sekarang.
Bangunan ini pun termasuk dalam proyek pemugaran kawasan Jakarta, yaitu Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) dan Jakarta Endowment for Arts and Heritage (Jeforah).
Suasana Tenang dan Menu Lezat
Masuk ke Pantjoran Tea House membuat kita langsung merasa tenang. Pilihan warna interiornya yang dominan coklat dan putih membuat gedung ini terasa klasik.
Di dalam gedung, juga disajikan berbagai informasi sejarah seputar teh dan kawasan pecinan Glodok. Dijamin, selain kenyang, kita juga mendapat banyak informasi baru.
Baca juga: Sejak Kapan Teh Ada di Indonesia
Pilihan menu makanan dan minumannya pun beragam, tentu saja dominan teh.
Nah, setelah makan, ada juga es krim berbagai rasa yang bisa dinikmati sebagai penutup. Es krim ini juga memakai resep yang dipertahankan sejak dahulu.
Penulis | : | Putri Puspita |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR