Melihat temannya disengat lebah, segeralah pengawal-pengawal istana mengambil ranting kayu dan menghalau mereka.
“Horeee, kita menang!” seru ketujuh lebah itu kegirangan karena berhasil menyengat manusia.
“Ayo kita lanjutkan perjalanan kita!”
Ketujug lebah itu terbang kembali. Tak laam kemudian, mereka tiba di sebuah hutan. Di sana tampak seekor anak kelinci yang sedang bermain-main.
“Ngiiiiing…. Ngiiiiing!” suara gerombolan lebah itu keras sekali.
“Uh, suara apa, sih, ini? Berisik sekali,” keluh kelinci itu.
Mendengar kata-kata kelinci itu, ketujuh lebah itu marah.
“Berani-beraninya kelinci itu bilang kita berisik. Ayo kita beri pelajaran,” kata Uki.
Ketujuh kelinci itu kompak menyerang kelinci kecil itu.
“Aduuuuh! Sakit!” teriak kelinci kecil itu kesakitan karena disengat. Kelinci kecil itu kemudian berlari masuk ke dalam hutan.
“Ha ha ha… Rasakan itu! Kelinci kecil berani-beraninya memarahi kami. Nah, rasakan akibatnya,” kata Uti, si lebah termuda.
“Ayo, kita lanjutkan perjalan kita,” ajak Umi.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Sylvana Toemon |
Editor | : | Sylvana Toemon |
KOMENTAR