Bobo.id – Teman-teman sempat melihat gerhana Bulan total tadi malam? Sambil menikmati fenomena alam itu, apa yang teman-teman lakukan?
Biasanya orang-orang hanya akan duduk memandang langit sambil minum teh atau minuman hangat lainnya.
Namun ada yang unik dari warga yang menyaksikan gerhana Bulan total kemarin di Malang, tepatnya di Desa Kalisongo, Kecamatan Dau.
Memainkan Alat Musik
Pada Rabu, 31 Januari 2018 malam kemarin, gerhana Bulan total di Desa Kalisongo tidak terlihat karena berawan.
Namun, warga tetap semangat menyambut fenomena langka itu, lo.
Mereka keluar dari rumahnya dan membawa alat musik untuk dimainkan.
Alat musik itu merupakan alat musik tradisional, seperti angklung, kolintang, dan lain-lain.
Mereka berjalan menyusuri jalan desa dan membunyikan setiap alat musik yang dipegangnya.
Mitos Gerhana
Masyarakat Jawa pada zaman dulu menganggap kalau gerhana Bulan itu terjadi karena raksasa bernama Batara Kala menelan Bulan.
Sebaliknya, gerhana Matahari terjadi karena sang raksasa itu menelan Matahari.
Tidak seperti kita sekarang, saat itu mereka belum mengerti ilmu pengetahuan tentang gerhana.
Hilangnya Matahari dan Bulan dianggap karena benda langit itu ditelan oleh raksasa.
Nah, untuk mengusir Batara Kala, mereka membuat keributan dengan cara membunyikan apapun.
Mereka percaya kalau sang raksasa takut dengan suara berisik dan akan memuntahkan Bulan atau Matahari yang ditelannya.
Maka mereka mengambil peralatan apapun, termasuk peralatan dapur, untuk membuat suara berisik.
Tradisi Kotekan
Warga Desa Kalisongo sampai sekarang masih melakukan tradisi mengusir Batara Kala saat terjadi gerhana, lo.
Mereka menyebut kegiatan itu sebagai tradisi kotekan.
Tradisi ini selalu dilakukan saat terjadi gerhana, baik itu gerhana Bulan maupun gerhana Matahari.
Namun karena ilmu pengetahuan sudah berkembang, mereka mengerti bahwa gerhana Bulan dan gerhana Matahari itu merupakan fenomena alam.
Maka itu, tradisi ini dilakukan hanya sebagai tradisi yang harus dilestarikan.
Wah, unik ya tradisi kotekan ini. Di daerah tempat tinggal teman-teman, ada tradisi menyambut gerhana juga, tidak?
Sumber: Kompas.com
Penulis | : | Cirana Merisa |
Editor | : | Iveta Rahmalia |
KOMENTAR