Hutan Afrika masih sepi dan matahari belum keluar. Namun telah terjadi sesuatu pada Gillian si jerapah. Beberapa orang menangkap jerapah baik hati itu. Mereka akan membawanya ke kebun binatang terkenal di Eropa.
Sungguh tak bisa dipercaya. Gillian yang cantik itu, dianggap bisa membuat kebun binatang menjadi ramai. Pengunjung pasti akan datang berduyun-duyun untuk melihat Gillian.
Gillian berdiri di lori yang tertutup. Ia dibawa seperti tahanan. Gillian berteriak keras,
“Tolooong… siapa yang bisa menolong aku? Tolooong…”
Hewan-hewan yang masih tidur, terbangun kaget. Sebagian naik ke atas pohon dan melihat ke jalan setapak hutan. Mereka melihat Gillian dibawa dengan lori, semakin jauh dan jauh. Seketika berita itu tersebar di hutan liar. “Gillian ditangkap! Gillian ditangkap!”
Di pondok jerami bulat, Bosso masih tidur. Hari itu masih pagi dan ia belum mau bangun. Namun, hidungnya lalu mencium aroma cokelat hangat yang dimasak ibunya. Bosso terbangun dan menggeliat di tikarnya. “Wah, aromanya enak!” gumamnya.
“Bosso!” teriak ibunya. “Ibu barusan melihat Gillian di lori!”
“Apa?!” teriak Bosso kaget.
Ia buru-buru meminum cokelat hangat buatan ibunya, sehingga membakar lidahnya. Ia juga melahap sepotong kue, lalu berlari mandi ke sungai. Bosso kemudian berlari menemui Mambo, temannya. Ia punya mobil jip yang dapat melesat cepat.
“Gilian ditangkap!” teriak Bosso.
“Ya, betul!” teriak Hyena yang berada di dekat situ. “Mereka menangkapnya subuh tadi. Aku lihat sendiri!” seru Hyena lagi.
Bosso dan Mambo bergerak cepat, masuk ke dalam mobil. Mambo menyalakan mesin mobil, lalu menyetirnya melewati jalan pintas. Ia yakin bisa menyusul truk lori yang membawa Gillian.
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR