“Kita harus segera mengejar mereka!” kata Hyena yang duduk di jok belakang. Ya, memang itulah yang juga diinginkan Bosso dan Mambo.
Beberapa saat kemudian, tiba-tiba Bosso berteriak girang.
“Itu lori-nya!”
“Ayo, tangkap mereka!” Tiba-tiba terdengar teriakan monyet-monyet dari akar-akar gantung pohon-pohon yang dilalui jip Mambo.
Rupanya, monyet-monyet itu mengikuti mereka untuk mencari Gillian. Mereka melompat dari satu dahan ke dahan lain. Bahkan ada yang melompat ke jip dan bergelantungan di belakang mobil itu.
Mambo menekan keras gas sehingga mobilnya melaju keluar dari jalan pintas. Nah, jip mereka kini berada di depan truk lori pencuri. Mereka berhadap-hadapan.
“Berhentiii, pencuri!” teriak Bosso marah.
Ia melompat dari jip dan berdiri di depan truk lori si pencuri Gillian. Mambo juga turun dari jipnya dan menyuruh si pencuri turun mobilnya.
Ada dua orang penculik Gillian di dalam truk. Mereka tampak takut dan mencoba lari. Namun monyet-monyet bergerak cepat dan mengikat mereka dengan tali. Tali yang biasa dipakai para pencuri untuk menangkap hewan.
Bosso lalu membebaskan Gillian, mengeleluarkannya dari kurungan. Sebagai ganti, kedua pencuri tadi dimasukkan ke dalam lori tempat mereka menahan Gillian.
Mambo dan Bosso tertawa girang sambil meledek kedua penculik hewan itu. “Kalian memang hewan buas berkaki dua yang aneh!”
Gillian tertawa lega memperlihatkan giginya yang putih. Ia berterimakasih pada Mambo, Bosso, dan teman-teman lainnya yang ikut menolongnya.
Gillian lalu mengantar Bosso pulang ke rumah di punggungnya.
“Aku akan menengokmu besok. Untuk melihat, apa kamu tidak ditangkap lagi,” canda Bosso setiba di rumahnya.
Teks: Dok. Majalah Bobo
Source | : | dok. Majalah Bobo |
Penulis | : | Vanda Parengkuan |
Editor | : | Vanda Parengkuan |
KOMENTAR